Puisi deliaperi Berjudul Pesan Terakhir 4 Bait 24 Baris
d
Pesan Terakhir
© deliaperi
Kurajut kata demi kata mengkiaskan prasa dalam rupa
Menghentak jiwa yang mulai lelah berkelana
Darah demi darah menyusut raga
Kekhawatiranku mulai terancam nyata
Remuk ‘kan hilang menyebar seketika
Semua terasa hampa
Dunia hening tanpa suara
Nada baku menghantam rata
Entah kepergianku yang diharapkan semesta
Ataukah merajut asa
Menghujam perih pada keluarga
Entahlah,
Aku tak dapat mulus mengukir makna
Yang pasti,
Pintaku kepada Sang Pencipta
Agar cukup aku saja yang mendera
Dan izinkan keluargaku tertawa bahagia
Sehat bersama tanpa intimidasi Corona
Renggut aku sekali saja
Tulusku dangan satu pinta
Cukup aku saja, cukup!!
Tidak menjamah insan yang kucinta
Salam,
Kututup ribuan suka dalam luasan durjana.
Puisi ‘Pesan Terakhir’ ini menggugah emosi dan menyentuh hati. Penggambaran perjalanan jiwa penulis yang lelah berkelana di antara harapan dan rasa takut sangat kuat. Frasa seperti ‘Darah demi darah menyusut raga’ mengekspresikan kepedihan yang mendalam, menunjukkan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi takdir. Keindahan bahasa yang digunakan juga patut diacungi jempol; pilihan kata yang tepat dan ritme yang mengalun menciptakan suasana yang mendalam. Namun, meskipun ide tentang pengorbanan diri terdengar universal, keasliannya dalam konteks puisi ini masih bisa diperdebatkan. Makna yang terkandung cukup mendalam, menunjukkan kerinduan akan kebahagiaan untuk orang-orang terkasih, tetapi bisa jadi lebih jelas dan eksplisit. Elemen kejutan sedikit kurang, karena meskipun ada harapan akan kebahagiaan, arah puisi ini cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini menyajikan refleksi yang menyentuh sekaligus penuh rasa syukur.