Puisi Masdiyanto Berjudul Menggapaimu 10 Bait 53 Baris
Menggapaimu
Siapa kuat menahan manismu
Itu senyummu
Siapa kuat menahan jernihmu
Itu suaramu
siapa kuat menahan sinarmu
Itu matamu
Siapa kuat menahan indahmu
Itu wajahmu
Mustahil tahun ini tak berkekasih
Itu kamu
Yang lain mungkin saja
Terkecuali kamu
Siapa sudah dekati kamu
Itu pujangga
Siapa sudah dekati kamu
Itu priyayi
Siapa sudah dekati kamu
Semua jenis mereka
Kecuali aku
Sungguh aku tengah memilikimu
Seperti cinta pertama Adam kepada Hawa
“Sayang” begitu kataku di hati ini
Tak ada yang melarang
Sejak aku sadar kau pasti bulan
Sejak semakin sadar kau pasti bintang
Sejak aku terlalu semakin sadar kau pasti langit
Aku menengadah di bawah batas
Kembali aku berbisik
“Senyumlah”
Lalu perlahan kau tersenyum
Aku tengah memilikimu
Kecuali dalam realita
Hatiku sendiri merasa gila
Tak mungkin mendapatkan
Setidaknya saat ini
Aku masih memilikimu
Kau laksana Princes Kasiruta
Ang San Mei
Juga mungkin Bunga Akhir Abad
Perempuan-Perempuan Minke yang mengagumkan
Sebelum aku sadar lebih jauh
Aku ingin simpan senyummu
Sebelum aku sadar lebih jauh
Aku ingin simpan suaramu
Sebelum aku sadar lebih jauh
Aku ingin simpan tatapanmu
Sebelum aku sadar lebih jauh
Aku ingin simpan wajahmu
Aku masih ingin terpana
Aku masih ingin tersenyum
Aku masih ingin bahagia
Aku masih ingin hatiku bergetar
Aku masih ingin memilikimu
Puisi ‘Menggapaimu’ ini memancarkan kerinduan yang mendalam dan penggambaran cinta yang penuh harap. Penulis berhasil menyampaikan emosi yang kuat melalui perbandingan-perbandingan yang menggugah, seperti cinta pertama Adam kepada Hawa. Meskipun tema cinta yang tak terjangkau bukanlah hal baru, penulis mampu mengekspresikannya dengan cara yang cukup unik, terutama dengan referensi budaya seperti ‘Princes Kasiruta’ dan ‘Perempuan-Perempuan Minke’. Hal ini memberikan sentuhan lokal yang memperkaya nuansa puisi. Namun, dalam hal kedalaman makna, puisi ini masih terasa cukup sederhana, berfokus pada obsesi dan keinginan untuk memiliki, yang tidak banyak menawarkan refleksi atau pesan yang lebih mendalam. Dari sisi keindahan bahasa, penggunaan repetisi seperti ‘sebelum aku sadar lebih jauh’ memberikan ritme yang menarik, meskipun dapat terasa sedikit berlebihan bagi sebagian pembaca. Elemen kejutan dalam puisi ini juga minim, karena alur emosinya cukup bisa diprediksi sejak awal hingga akhir. Secara keseluruhan, puisi ini mengekspresikan emosi cinta dengan jelas, meski masih bisa ditingkatkan dalam hal kedalaman dan elemen kejutan.