Puisi Lovita Berjudul Maniak filantropi 4 Bait 20 Baris
L
Maniak filantropi
© Lovita
Sirah bak darah
Beranjau bagai Puspa mawar merah
Mabuk kasmaran ayu laksana
matik bercabang
Lamun tanpa terperdaya
Sela dua insan nan silih menyakiti
Namun terus mengharapkan
Silih memperdayai
akan menyelimuti pandangan
Tiada menghiraukan bila pergi
Namun remuk kala ditinggal
Muslihat tidak menaruh hati
Tetapi tak mau melepaskan
Kita berdua bagai pasir dan kapur
Tiada mungkin menyatu
Itulah sebab ku tak mengikhtiarkan kau
Asmara kita berdua
ibarat maniak filantropi
Semata-mata terselip di dalam sanubari
Tiada isyarat dan sekedar bakal teraniaya
Puisi ‘Maniak Filantropi’ menghadirkan sebuah permainan emosi yang cukup kompleks. Penyair dengan lihai menggambarkan hubungan yang penuh paradoks melalui metafora yang kuat seperti pasir dan kapur, yang secara efektif mengisyaratkan ketidakmungkinan bersatunya dua insan. Bahasa yang digunakan cukup indah dan terpilih, namun pada beberapa bagian terasa sedikit berlebihan sehingga dapat mengaburkan pesan yang ingin disampaikan. Ide tentang cinta yang kontradiktif ini, meski bukan hal baru, dikelola dengan cara yang cukup unik melalui istilah ‘maniak filantropi’, yang menyiratkan cinta yang tampak murah hati namun sebenarnya menyakitkan. Makna yang terkandung di dalamnya terkesan dalam, menggambarkan relasi yang saling menyakiti namun tetap terikat oleh perasaan yang sulit dijelaskan. Meskipun demikian, elemen kejutan dalam puisi ini agak kurang terasa karena beberapa metafora yang digunakan sudah cukup umum dalam literatur cinta. Secara keseluruhan, puisi ini mampu menggerakkan perasaan pembaca dan mengundang refleksi mendalam tentang sifat hubungan yang destruktif namun penuh gairah.