Puisi Edysuryo Wirawan Berjudul Lambaian daun jagung 5 Bait 20 Baris

Keaslian Ide
5
Elemen Kejutan
2
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
3
Keindahan Bahasa
4
Score
3.6
1 Voters
Puisi 5 Bait 20 Baris Tentang AlamDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
E

Lambaian daun jagung

© Edysuryo Wirawan

Rumput liar terangkat oleh tangan yang lunglai
Tanpa semangat di tanah yang urung jadi haknya
Mengais rizki dari tanah itu
Ah...besok lagi tanganku gerakkan

Semakin hijau warna daunnya
Kemarin masih menguning pucat
Menunggu hujan turun bersama petir
Akar yang lapar tanpa asupan

Gairahkan hidupmu wahai jagungku
Jangan sebagai simbul asaku
Yang menanam benihmu
Senangkanlah badanmu

Hari ini tidak ubahnya hari yang tenggelam
Dibedakan oleh bertambahnya lembar daun jagung
Yang selalu melambai lambai di terpa sepoi angin
Menertawakan penanam benih hilang asa

Asa yang hilang oleh si angkara murka
Tidak ada yang bertanggung jawab
Atas terjadinya peristiwa itu
Saksinya adalah lambaian daun jagungku


One comment

  1. Keaslian Ide
    5
    Elemen Kejutan
    2
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    3
    Keindahan Bahasa
    4
    3.6/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Lambaian daun jagung” mengajak pembaca untuk merasakan kegetiran dan harapan yang terjalin dalam kehidupan seorang petani. Penggunaan metafora daun jagung sebagai simbol harapan dan kesedihan menciptakan daya tarik emosional yang kuat. Penulis menggambarkan perjuangan yang dihadapi dengan sangat jelas, menciptakan rasa empati terhadap tokoh dalam puisi. Keindahan bahasa yang digunakan, meskipun sederhana, namun mampu menimbulkan gambaran visual yang kuat tentang keadaan alam dan perasaan manusia. Pun demikian, ada nuansa keaslian dalam penggambaran kehidupan petani yang sering terabaikan dalam puisi-puisi lain. Namun, di sisi lain, kedalaman makna puisi ini bisa jadi kurang terasa bagi mereka yang tidak akrab dengan konteks kehidupan agraris. Elemen kejutan tampak minim, lebih banyak berfokus pada deskripsi dan refleksi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menciptakan suasana yang melankolis, menghadirkan rasa harapan meski dalam kepedihan. Dengan demikian, puisi ini layak mendapat apresiasi yang tinggi, meskipun masih ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam lagi tentang tema yang diangkat.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *