Puisi Rhido Sahputra Azhari Berjudul Buddhayah 1 Bait 15 Baris
R
Buddhayah
© Rhido Sahputra Azhari
Rentan!
Generasiku sedang tak berdaya Kembali terjajah, tak lagi jaya Identitasku dalam bahaya.
Tapi aku Milenial!
Tak sudi dibilang kolot Semuanya pasti ku jajal
Agar padaku matamu tersorot.
Peduli Setan!
Kepada tren, hamba mendamba Mohon tuan jangan cerca
Hanya ingin pengakuan jagat maya. .......
Namun!
Kapan ini berakhir ?
Semua berjalan tak seimbang Ada buddhayah tanpa pikir.
Aku lelah!
Tradisi ku digerus hingga akar Racun modernisasi menjalar Hingga akhirnya, ku sadar.
Budaya asing masuk dan disanjung Disambut hangat hingga dijunjung
Ku lihat mega pun perlahan mendung Pertanda budaya lokal mati lalu berkabung
Puisi “Buddhayah” berhasil menangkap kegelisahan generasi Milenial yang merasa terjebak dalam konflik antara tradisi dan modernitas. Penggunaan kata-kata yang lugas tetapi penuh makna, seperti “Rentan! Generasiku sedang tak berdaya” menggambarkan ketidakberdayaan yang dirasakan oleh penulis. Emosi yang kuat terlihat dalam pernyataan ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini, dan keinginan untuk diakui dalam jagat maya mencerminkan realitas hidup banyak anak muda saat ini. Namun, penulis juga menunjukkan kesadaran akan bahayanya pengaruh budaya asing yang mengikis tradisi lokal. Dalam hal keindahan bahasa, meskipun masih ada ruang untuk eksplorasi lebih jauh, pilihan kata yang tegas dan ritme yang beragam mampu menarik perhatian pembaca. Ide yang diusung pun orisinal, mencerminkan dilema yang dihadapi generasi muda saat ini. Kedalaman makna dalam puisi ini cukup memadai, mengajak pembaca merenungkan isu yang lebih besar di balik permasalahan individu. Namun, elemen kejutan relatif rendah, meskipun beberapa penggambaran metaforis berhasil menciptakan imaji yang kuat. Secara keseluruhan, “Buddhayah” adalah sebuah karya yang relevan dan menggugah pikiran mengenai identitas budaya di era modern.