Puisi Ulfa Khoirunnisa Berjudul Gerimis Tua 7 Bait 31 Baris
Gerimis Tua
Kepada gerimis
Yang turun dengan sabar
Meski umurmu tua
Kau bahkan lebih tua
Dari bangunan yang kini rapuh
Kepada gerimis
Pernahkah kau mengeluh ?
Ribuan orang, atau hanya segelintir
Tak menginginkan kau hadir
Menganggapmu penyusup ketenangan
Kepada gerimis
Ritmemu memang indah
Menimbulkan riuh sederhana
Selaras dengan gerakan daun
Yang kau jatuhi butir-butir air
Kau tau gerimis ?
Tanah memang sakit
Saat kau lubangi berkali-kali
Tapi ia tak pernah melaknat
Atau mengutuknya menjadi salju
Kepada gerimis
Yang selalu datang bersama mendung
Tanpa kilatan gesit
Yang pergi tanpa permisi
Tapi meninggalkan sebuah kenangan
Pada lubang genangan
Riwayatmu dalam hujan
Selalu tersimpan rapi
Sebelum rintik kecil
Sampai menjadi gerimis tua
Semarang, 16 November 2017
Puisi “Gerimis Tua” mengajak pembaca untuk merenungkan kehadiran gerimis sebagai simbol kehidupan yang tak terhindarkan. Penulis dengan cermat menggambarkan bagaimana gerimis, meskipun dianggap mengganggu oleh sebagian orang, memiliki keindahan dan makna mendalam. Penggunaan metafora dan personifikasi dalam puisi ini memberi kekuatan emosional yang kuat, menciptakan rasa nostalgia dan penghormatan terhadap alam. Rima yang terjalin dengan indah memperkuat pengalaman estetik, meskipun terdapat beberapa bagian yang bisa lebih dipoles untuk meningkatkan kehalusan bahasa. Ide yang diusung sangat orisinal, mengaitkan cuaca dengan perjalanan hidup, namun ada ruang untuk eksplorasi lebih jauh. Kedalaman makna puisi ini cukup tinggi, mencerminkan siklus kehidupan dan penerimaan terhadap hal-hal yang tak terduga. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini agak minim; pembaca mungkin sudah dapat menebak makna yang ingin disampaikan. Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang menggugah dan patut diapresiasi.