Puisi Abdullah Mahbub Ahmad Berjudul Kembalilah, kawan 4 Bait 16 Baris
A
Kembalilah, kawan
© Abdullah Mahbub Ahmad
Langit biru masih seperti yang dulu
Senja tetap memikat kalbu
Pergi yang tak kunjung kembali
Menorehkan sisa kenangan
Engkau tertawa, aku tersenyum
Engkau menangis, aku mengulurkan tangan
Engkau terjatuh, aku mengangkatmu
Malam tak ingin kau lelah
Kembalilah ke cerita ku, kawan
Kisah heroik yang tanggung tanpa kehadiran mu
Pengalaman terasa sumbang tanpa bersamamu
Hiruk pikuk dunia ku kini mulai terasa berat
Aku tahu
Pertemuan itu akan berpisah
Temu akan bertemu titik jenuh
Dan merindu suatu nyawa waktu yang tak kunjung bersapa
Puisi “Kembalilah, kawan” berhasil menyampaikan nuansa kerinduan dan kehilangan yang mendalam melalui pilihan kata yang sederhana namun penuh makna. Penyair dengan cermat menggambarkan perasaan nostalgia yang menyentuh, seolah-olah mengajak pembaca untuk merasakan beratnya kehilangan seorang kawan. Penggunaan citra alam seperti ‘langit biru’ dan ‘senja’ memberikan keindahan visual yang memperkuat emosi yang diungkapkan. Namun, meskipun puisi ini memiliki keindahan bahasa, ada kalanya beberapa frasa terasa sedikit klise, yang mungkin mengurangi keaslian dari ide yang diusung. Di sisi lain, kedalaman makna puisi ini cukup mengesankan, terutama dalam menggambarkan hubungan yang kompleks antara pertemuan dan perpisahan. Elemen kejutan dalam puisi ini tampak kurang, karena alur yang diikuti cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan karya yang menyentuh hati dan layak diapresiasi, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam hal keaslian ide.