Puisi David Mael Berjudul Akhir Sebuah Kisah 5 Bait 20 Baris
Akhir Sebuah Kisah
Tiga tahun lamanya asmara itu berpadu,
Untaian berlaksa rasa dalam harapan yang satu,
Tertata dengan indah di atas hamparan mewangi,
Mengusir pergi deraian pilu dan rintihan sendu.
Sore ini, di persimpangan jalan ini,
Kau dan aku berada di dua sisi,
Tak ada lagi senyum atau candaan manja,
Inilah akhir dari perjalanan cinta kita.
Sementara mendung dengan geram melingkupi senja,
Gerimis jatuh, hati dan logika ku pun meronta,
Jejak cinta kita telah tergerus oleh kata-kata yang menghujam,
Menimbulkan sayatan luka yang mendalam.
Aku seharusnya berlaku bisu,
Mendiamkan niat pada tatapan biru,
Tak seharusnya kedengungkan keindahan cinta yang tak bermakna,
Atau pun gejolak dalam rasa yang berlatar hampa.
Mungkin bukan takdirku,
Menemanimu mengeja bait senja,
Barpadu pada asa yang satu,
Menambatkan rangkaian kisah dalam lingkaran cinta.
Puisi “Akhir Sebuah Kisah” mengajak pembaca untuk merenungkan lapisan emosi yang kompleks dalam sebuah hubungan yang telah berakhir. Penggunaan bahasa yang puitis dan simbolis seperti “hamparan mewangi” dan “gerimis jatuh” memberikan nuansa yang mendalam, menciptakan gambaran yang jelas tentang kesedihan dan kehilangan. Penulis berhasil menyampaikan kekuatan emosional yang kuat, terutama dalam menciptakan rasa nostalgia dan penyesalan. Namun, beberapa frasa terasa agak klise, dan ini sedikit mengurangi keaslian ide yang diusung. Meskipun demikian, kedalaman makna yang terkandung dalam puisi ini sangat menggugah, dengan eksplorasi tema takdir dan ketidakpastian cinta. Elemen kejutan dalam puisi ini dapat ditingkatkan, karena perkembangan emosi terasa cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menyentuh, meski ada ruang untuk inovasi lebih lanjut dalam penggunaan bahasa dan ide.