Puisi Sadimin mahira Berjudul Akal 3 Bait 12 Baris
S
Akal
© Sadimin mahira
Melanglang buana tanpa batas
Didasar dasar samudra dan kandas
Bahkan melambung membumbung tinggi
Smua isi bumi kocoba urai
Malam ga seperti malam
Tapi siang juga seperti malam
Raga mencoba terdiam
Tapi rasa mu tak bisa kau bungkam
Ini itu kenapa dan mengapa
Kau coba mencari makna
Kau terka dan kau rasa
Bahwa akalmu rasamu itu cinta
Puisi “Akal” menyuguhkan perjalanan yang mendalam melalui eksplorasi perasaan dan pemikiran yang kompleks. Penggunaan frasa ‘Melanglang buana tanpa batas’ seolah-olah mengajak pembaca untuk merasakan kebebasan sekaligus kecemasan yang dialami dalam pencarian makna. Kontras antara malam dan siang menciptakan suasana ambivalen yang menarik, mengisyaratkan bahwa kenyataan tidak selalu hitam putih. Namun, meskipun puisi ini kaya akan imaji, terdapat beberapa bagian yang bisa lebih dipadukan agar aliran pikiran tetap konsisten. Dalam hal ini, keindahan bahasa yang dihadirkan cukup menawan, meski terkadang terasa sedikit terputus-putus. Di sisi lain, ide yang diusung tentang akal dan cinta, meskipun tidak sepenuhnya baru, tetap terasa segar berkat cara penyampaian yang unik. Kedalaman makna juga sangat terasa, terutama dalam konteks pertempuran antara logika dan perasaan. Meski demikian, elemen kejutan dalam puisi ini sedikit kurang kuat, sehingga pembaca mungkin dapat menebak arah puisi dengan cukup mudah. Secara keseluruhan, “Akal” adalah karya yang mengundang refleksi, meski masih memiliki ruang untuk berkembang lebih jauh.