Puisi Unni Erelef Berjudul Trilogi 2 Bait 19 Baris
Trilogi
Kemarin kutulis surat lagi
Namun bagai kisah trilogi
Tiga episode tak kukirimi
Dan kisah akhir kita masih dalam lipatan origami
Tertutupi oleh warna-warni
Tak terbaca meski indah lewat mata
Kau cinta di pelupuk senja
Kita bagai kesturi, wangi namun tak digemari
Jauh sekali lubuk hatimu, hingga tak mampu kuselami
Hingga lautan meluas, gunung es mencair dan padang pasir menepis panas hingga sejuk kian terasa
Kau masih saja arah mata angin yang kutuju
Di sisimu melangkah seraya berpandangan adalah impianku
Memelukmu lewat doa adalah upayaku
Meski lembayung beringsut kelam menerbitkan rembulan sebagai penerang,
Raut wajahmu tak akan pernah terlupakan
Andai pun kapal kita nanti hampir karam saat kau nahkodai, tapi yakinlah bahwa cintaku abadi.
Tak akan ada badai yang lebih besar hingga mampu merebahkannya.
Tak akan ada ombak yang lebih ganas hingga mampu memporak-porandainya.
Cintaku lebih besar dari itu semua.
Puisi “Trilogi” menyuguhkan perjalanan emosi yang mendalam dan kompleks, di mana penulis dengan cermat menyampaikan ketegangan antara cinta dan kesedihan. Gaya bahasa yang digunakan, meskipun sederhana, tetap mampu menyentuh hati pembaca dengan gambaran yang jelas dan simbolis, seperti lipatan origami yang melambangkan kerumitan hubungan. Pemilihan kata yang kaya akan makna dan imaji yang kuat menciptakan suasana yang mendayu-dayu. Namun, ada beberapa bagian yang terkesan agak berulang, sehingga mengurangi kekuatan pesan keseluruhan. Di sisi lain, ide tentang cinta yang abadi dan tak tergoyahkan di tengah badai kehidupan adalah tema yang universal dan selalu relevan. Meskipun tidak ada elemen kejutan yang mencolok, puisi ini tetap mampu menarik perhatian dengan keindahan ekspresi dan kedalaman maknanya. Keseluruhan, “Trilogi” adalah karya yang penuh perasaan dan layak diapresiasi atas usaha penulis dalam menangkap esensi cinta yang sejati.