Puisi Legiman Partowiryo Berjudul Tuhan Tahu Aku Mencintaimu 5 Bait 18 Baris
S
Tuhan Tahu Aku Mencintaimu
© Sirazhy
engkau bukanlah hujan
tetapi engkau selalu menarik air hujan
menjadi mata air hujan di mataku
keberadaanmulah yang menjadi alasan
mengapa awan mendung muncul pagi ini, dan
memaksaku menumpahkan hujan
untuk kesekian kalinya, dari
kelopak yang sudah dengan susah payah kukeringkan.
Aku hanya tidak menyangka saja
bahwa aku yang telah berpaling
dari kecupmu yang membara dalam kata-kata,
masih sanggup merasakan adamu yang jauh
tetap mengimani cintaku.
Maka aku mohon kepadamu,
berbelas kasihlah kepada sepasang mata
yang mungkin sedang menatap puisi ini.
Atau kita bisa bersepakat,
melalu segala yang ada, bahwa Tuhanpun tahu cintaku tidak musnah oleh waktu hingga maut menjemputku dan akan ku tunggu kau di lain waktu?.
Puisi ini merupakan ungkapan cinta yang mendalam, di mana penulis berhasil menyampaikan perasaan rindu dan harapan yang kuat. Penggunaan metafora hujan dan awan mendung menciptakan suasana emosional yang kaya, seolah-olah menggambarkan kesedihan dan kerinduan yang tak terelakkan. Keberadaan ‘mata air hujan’ yang dihubungkan dengan cinta menambah lapisan makna yang dalam, seolah-olah cinta itu adalah sumber kehidupan. Walaupun demikian, ada kalanya alur pikiran terasa sedikit melompat, sehingga mengurangi kejelasan. Keindahan bahasa yang dipilih sangat menggugah, dengan pilihan kata yang puitis dan evokatif. Namun, meski ide cinta abadi sangat universal, mungkin tidak terasa sepenuhnya baru bagi pembaca yang akrab dengan tema serupa. Keseluruhan puisi ini memberikan kedalaman makna yang mencerminkan perasaan cinta yang tulus, meskipun elemen kejutan dapat ditingkatkan untuk memberikan dampak yang lebih mendalam pada pembaca. Secara keseluruhan, puisi ini menyentuh hati dan layak diapresiasi.