Puisi anonym Berjudul Terumbu Karang Katanya 1 Bait 16 Baris
a
Terumbu Karang Katanya
© anonym
Biang kehidupan,,
Biang kebusukan,,
Biang keindahan,,
Jadilah busuk,,
Seperti batu itu,,
Jadi busuk dan tak berarti,,
Ya Tuhan,,ampunilah kami,,
Tak becus menjaga pemberianMu,,
Jadikanlah kami sadar,,
Seperti yang Isa dengan umatnya,,
Seperti Yusuf dengan hukumannya,,
Jadikan kami hamba Mu,
Karang ini memang hilang,,
Tak seperti dulu,,
Tak juga seperti itu,,
Tapi kami,, tetap ingin bersamaMu,,
Puisi berjudul “Terumbu Karang Katanya” menyajikan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kerusakan lingkungan, dengan nada yang penuh penyesalan dan pengharapan. Penggunaan istilah ‘biang’ yang berulang menciptakan ritme yang menggugah, sekaligus menekankan tema sentral tentang dualitas kehidupan yang berseberangan—kehidupan dan kebusukan. Penyebutan nama-nama tokoh religius seperti Isa dan Yusuf memberi dimensi spiritual pada puisi ini, menambah kedalaman makna. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat kesedihan akan hilangnya keindahan alam yang pernah ada, yang dapat membuat pembaca merenung. Meskipun memiliki kekuatan emosional yang kuat, puisi ini bisa lebih mengejutkan dengan imaji yang lebih segar atau metafora yang lebih berani. Secara keseluruhan, puisi ini menyentuh hati dan mendorong kita untuk merenungkan peran kita dalam menjaga alam. Dengan demikian, puisi ini sangat layak diapresiasi dan dipikirkan lebih lanjut.