Puisi Wahyu Eka Nurisdiyanto Berjudul Seutuhnya Menjelma Digdaya 4 Bait 17 Baris
W
Seutuhnya Menjelma Digdaya
© Wahyu Eka Nurisdiyanto
Rimba raya zaman menempa peradaban
Menyisihkan lawan, menyisakan yang bertahan
Namun, konon kita adalah bangsa yang berkawan
Mengusung perdamaian, merangkul yang membutuhkan
Hanya saja, kita belum seutuhnya menjadi bangsa pemenang
Bangsa besar ini telah lama menanggalkan hakikat berdikari
Sangsi pada potensi anak negeri
Terlena di atas pangkuan bangsa asing
Tanpa sadar menggadaikan "harga mati" pada bangsa pendatang
Menjadi disegani juga dihormati hanyalah dambaan
Kita butuh bergandengan tangan
Bersama meleburkan satu tujuan
Merentasi lintasan ujian
Kita guratkan perlahan tinta emas kedaulatan
Mengulang kembali hikayat kemenangan
Sang Garuda nan luhur digdaya dalam gemilang kejayaan
Jombang, 6 Agustus 2020
Puisi “Seutuhnya Menjelma Digdaya” menyajikan gambaran yang kuat mengenai perjalanan bangsa dan tantangan yang dihadapinya. Penggunaan metafora seperti ‘tinta emas kedaulatan’ memberikan nuansa yang mendalam terhadap aspirasi akan kemerdekaan dan kehormatan. Meskipun terdapat kesan optimis yang menyala, ada juga nada reflektif mengenai keadaan saat ini yang bisa membuat pembaca merenungkan posisi bangsa di kancah global. Struktur puisi yang teratur dan ritmis memperkuat pesan yang ingin disampaikan, walaupun beberapa frasa terkesan klise. Namun, keinginan untuk bersatu dan bangkit menjadi pemenang adalah tema yang universal dan relevan. Elemen kejutan dalam puisi ini sedikit kurang terasa, tetapi kekuatan emosinya tetap bisa dirasakan. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menciptakan resonansi serta mengajak pembaca untuk merenung tentang peran mereka dalam membangun masa depan bangsa.