Puisi Rio Hartono Berjudul Sejak Hilangnya Sajak 9 Bait 18 Baris
Sejak Hilangnya Sajak
Sejak hilangnya Sajak
Tak lagi kurasa degub itu..
Saat mengungkap rindu dalam prosa Saat jiwaku mampu menyelami jutaan bahasa
Tak lagi kudapati imaji imaji cinta dan syahdunya tulisan yang menyimpulkan rasa..
Semuanya perlahan hilang
Semuanya perlahan menghambar dan tawar
Saat meredup dan terpatah jiwaku
Saat kaku lidah lidah yang biasa penuh akan roman bahasa
Sajak..
Sajak..
Hilanglah tak berjejak
Yang siangnya tak lagi terik
Dan malam tak lagi menarik
Mungkin sajak itu masih disitu Hanya tertutup jiwa yang lapuk
Atau mungkin sajak itu hilang sudah Ditelan raga yang sudah terlalu lelah
Tak ada yang menyedihkan daripada ini.. Penyair yang tak lagi mampu ungkapkan bahasa jiwa dengan sajak rindunya
Seperti manusia yang hampa tanpa suara
Seperti hati yang mulai mati
Puisi “Sejak Hilangnya Sajak” menghadirkan rasa kehilangan yang mendalam dengan nuansa yang sangat emosional. Penggunaan repetisi kata “sajak” menambah kekuatan dalam merasakan ketidakhadiran suatu bentuk ekspresi yang sangat disayangkan. Penyair berhasil menggambarkan kepedihan dan kesedihan yang dialami saat kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi melalui kata-kata indah. Meskipun demikian, terdapat beberapa frasa yang terasa sedikit klise, dan beberapa imaji bisa lebih ditajamkan untuk memberikan kesan yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini menyentuh hati dan membawa pembaca pada refleksi tentang nilai sebuah sajak dalam hidup kita. Namun, aspek kejutan dalam karya ini dapat ditingkatkan, karena transisi emosi terasa cukup dapat diprediksi. Puisi ini tetap berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang kerinduan dan kehilangan, dengan keindahan bahasa yang cukup memikat.