Puisi faraz Putra Berjudul Lumpur dan gedung pencakar langit 1 Bait 12 Baris

Keaslian Ide
3
Elemen Kejutan
2
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
4
Score
3.4
1 Voters
Puisi 1 Bait 12 Baris Tentang CintaDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
f

Lumpur dan gedung pencakar langit

© faraz Putra

fajar menjinguk dibalik lukisan tuhan
kukenakan topi purun dan kuambil cangkulku
kau kenakan blazer mu dan kau ambil tas berlapis emasmu
kugunakan kedua kaki ku menuju tempat berlumpur ditemani kicauan burung nan merdu
kaugunakan roda empatmu menuju tempat sejuk ditemani pemandangan nan indah dibalik jendela gedung pencakar langit
mungkinkah dari sana kau terbesit melihat seorang pemuda bermandikan keringat berlumuran lumpur
mungkinkah dari sana kau terbesit melihat tempat yang mungkin kakimu tak pantas menapak diatasnya
seandainya kita masih bersama, hal itu mungkin masih pantas untukmu
andai egoku duku setinggi gedung itu
mungkin kau takkan berada disana
tapi tidak apa-apa
syukur selalu kuucap karena kini kau telah bahagia.


One comment

  1. Keaslian Ide
    3
    Elemen Kejutan
    2
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    4
    3.4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi ini dengan cerdas menyoroti kontras antara kehidupan yang sederhana dan kemewahan, diwakili oleh simbol lumpur dan gedung pencakar langit. Melalui lirik yang kaya akan imaji, penulis berhasil menciptakan suasana yang mendalam, seolah-olah kita dapat merasakan perasaan penyesalan dan penerimaan yang bercampur. Gaya bahasa yang digunakan meskipun sederhana, namun mampu menimbulkan rasa keintiman dan kedekatan, terutama dalam penggambaran karakter yang terpisah oleh status sosial. Ada keindahan dalam bagaimana penulis menggabungkan elemen alam dan urban, serta bagaimana penggambaran itu membangkitkan nostalgia. Meskipun puisi ini kuat dalam suasana emosional, elemen kejutan terasa kurang, karena tema ini cukup umum dalam puisi-puisi sejenis. Namun, keaslian ide tetap terjaga melalui sudut pandang yang unik. Secara keseluruhan, puisi ini menyentuh pembaca dengan kejujuran yang tulus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *