Puisi Rei Rumlus Berjudul ALGOJO KEMATIAN 13 Bait 29 Baris

Keaslian Ide
4
Elemen Kejutan
4
Kekuatan Emosi
5
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
3
Score
4
1 Voters
Puisi 13 Bait 29 Baris Tentang KehidupanDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
R

ALGOJO KEMATIAN

© Rei Rumlus

Kopi hitam kembali diseduh tak pakai gula.
Nikmati hidup, walau nafas terus terjajah.
Setangkai mawar kematian, jadi risalah.
Salam, bagi kalian penguasa yang terus berulah.

Ini aku, algojo kematian.
Aku datang dari arena jalanan.
Tumbuh mekar dalam barisan pemberontakan.
Kau tak bisa menghindar, kepala mu harus jadi bayaran perjanjian.

Ku dengar, rakyat kecil kau permainkan bagai dalam arena sirkus.

Apa kau lupa? atau memang terlalu rakus.

Ketika kau perlukan mereka, kau kejar sampai ke lobang tikus.

Kau begitu haus akan narkoba yang bernama kekuasaan.

Kau terlena, menutup mata dan lupa tiap jeritan tangis rakyat kecil di gubuk penderitaan.

NEGERI PENJAJAH, itu kalimat yang tepat.
Penguasa berpenampilan layaknya akrobat.
Pertahankan kekuasaan dengan kemampuan hanya menjilat pantat.

Jika rakyat kecil terus menangis.
Bunda Ikhlaskan lah anak mu menunjukkan sifat bengis.
Kan ku penggal kepala penguasa akrobatis.
Biarkan rakyat kecil tertawa gembira di atas mayat penguasa yang mati secara tragis.

Idealis ku tak bisa kau tawar.
Sudah saatnya, racun diberikan penawar.
Nyawa siap ku tukar.
Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, apa kalimat ini masih berpredikat benar?.

Dengan senyap, telah ku tabur benih- benih pemberontakan.
Rezim zolim, harus dihancurkan.
Kalian tak berperi kemanusiaan layaknya dibumihanguskan.

Aku, aku adalah satu dari sekian banyak yang menolak percaya pada mulut penguasa.

Karya: Rei Rumlus


One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    4
    Kekuatan Emosi
    5
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    3
    4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi ini mengusung tema perlawanan terhadap tirani dengan nada yang lantang dan penuh emosi. Karya ini seolah mengundang pembaca untuk ikut merasakan kemarahan dan kekecewaan terhadap para penguasa yang digambarkan sebagai sosok yang rakus dan tak berperikemanusiaan. Penyair menggunakan diksi yang tegas dan lugas, menciptakan suasana yang intens dan mendalam. Meskipun demikian, keindahan bahasa dalam puisi ini terbilang cukup kasar dan mungkin kurang mengutamakan kehalusan estetika yang biasanya ditemukan dalam karya sastra. Namun, hal ini justru memperkuat pesan dan emosi yang ingin disampaikan. Ide puisi ini cukup umum, yakni tentang perlawanan terhadap ketidakadilan, tetapi dieksekusi dengan cara yang cukup unik dan berani. Kedalaman makna sangat terasa, terutama dalam gambaran penderitaan rakyat kecil dan kritik tajam terhadap kekuasaan. Elemen kejutan hadir melalui penggunaan metafora yang mengesankan dan sudut pandang sebagai ‘algojo kematian’, yang memberikan nuansa berbeda dalam penuturan kisah perlawanan. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan pesan dengan cara yang mengena dan menggugah perasaan pembaca.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *