Puisi yezet Berjudul Pertemuan 5 Bait 19 Baris
Pertemuan
durinya tetap lah tajam menusuk.
Dari balik rerimbun dedaunan, kepompong robek
: serangga menggeliat
warna-warni sayapnya, kupu-kupu terbang membelah angkasa.
Kuingin kemarau reda, kuingin peluh malaikat jatuh ke bumi,
karena air merasuki tanah maka tumbuh berkembang.
Di bawah awan lengkung elok pelangi.
Dideraunya tubuh-tubuh lunglai nan kuyup: alang-alang.
O, Meranti yang julang tinggi, cabik langit biru.
Tak peduli kulitnya terbakar mentari, kokoh berdiri.
Sang surya menutup diri
: keheningan datang melenggang
hamparan bebukitan mengapit alur-alur sungai,
bersemayam telaga hijau temani sang rembulan.
Di atas riak cahayanya memantul,
(kurasa) mereka saling bersapa, atau
: mungkin saja dilanda rindu
aku, mau seperti mereka: cemburu.
4 November 2013
Puisi “Pertemuan” ini menghadirkan gambaran yang kuat akan keindahan alam dan emosi yang mendalam. Penggunaan metafora seperti ‘durinya tetap lah tajam menusuk’ dan ‘tumbuh berkembang’ dengan cermat menciptakan kontras antara kekuatan dan kelemahan, serta mengajak pembaca meresapi setiap detil alami yang terungkap. Di sisi lain, penggambaran perasaan rindu yang diungkapkan dengan kalimat ‘mau seperti mereka: cemburu’ memberikan kedalaman emosional yang menggugah. Saya mengapresiasi keaslian ide yang diusung, dimana alam dan perasaan manusia saling berinteraksi dalam harmoni. Meskipun puisi ini cukup kaya akan bahasa puitis, ada kalanya penggunaan frasa terasa sedikit berlebihan, yang mungkin dapat mengurangi kejelasan pesan. Secara keseluruhan, puisi ini sangat menyentuh dan berhasil mengungkapkan kerinduan sekaligus keindahan alam dengan cara yang indah dan menggugah hati.