Puisi Delia Nur Zam Zami Berjudul PENGEMBARA NAFKAH 7 Bait 25 Baris
PENGEMBARA NAFKAH
Ada beribu tutur nasehat
Dari setiap celotehan singkat
Ada berjuta untaian cerita
Dalam suatu keikhlasan cinta
Tepat di wajahmu yang kian menuju senja
Kutemukan kedamaian yang terpatri di sana
Tentang tetes peluh yang tak pernah palsu
Melebihi semangat yang tak pernah ragu
Andai, aku dimukjizati mantra
Berharap bisu ragamu dapat kubaca
Benarkah sepenuhnya gundukan bahagia
Ataukah hanya lelah yang selalu kau paksa
Pernah kupergoki,
Suatu saat, kau sedang bercengkrama dengan Tuhan
Meratap harap yang terekam doa
Dalam sepasang tadahan tangan
Jika saja langit dapat mendengar
Mungkin saja ia akan mengguyurmu dengan jutaan berlian
Bukan lagi megah kilat halilintar
Atau deras air hujan yang menghantam badan
Kau menjadi salah satu dari sekian banyak kisah
Betapa pahitnya perjuangan para pengembara nafkah
Dalam rasa yang berpegang teguh
Meski, barangkali langit tak memberi teduh
Depok, 1 Maret 2020
Puisi “Pengembara Nafkah” berhasil menyentuh hati dengan penggambaran yang mendalam tentang perjuangan dan pengorbanan. Penyair menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan keteguhan jiwa dan keikhlasan cinta, yang terasa sangat relevan di tengah dinamika kehidupan sehari-hari. Ungkapan seperti ‘tetes peluh yang tak pernah palsu’ mencerminkan kejujuran dan dedikasi, menciptakan resonansi emosional yang kuat. Selain itu, penggunaan imaji dan simbolisme seperti ‘berlian’ dan ‘halilintar’ memberikan lapisan estetika yang menarik. Namun, meski terdapat keindahan dalam bahasanya, ada kalanya alur terasa sedikit terbata-bata, yang mengurangi dampak keseluruhan. Ide yang diangkat pun meski mulia, tidak sepenuhnya baru, tetapi penyampaian yang unik memberikan nuansa tersendiri. Beberapa bagian puisi memberikan kejutan yang menyegarkan, tetapi ada juga yang terduga. Secara keseluruhan, ini adalah karya yang menggugah sekaligus mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik perjuangan hidup.