Puisi Legiman Partowiryo Berjudul Monolog Musim Hujan 1 Bait 9 Baris
S
Monolog Musim Hujan
© Sirazhy
aku hanya menerka
bahwa airmata yang menetes itu
adalah bentuk perdamaian dengan keadaan
bahkan, bisa jadi suatu saat
dengan keadaan sekarang yang tak kalah sengit
akan kutarik hujan dari tiap lapis langit
menuju mataku untuk hanya sekedar memberitahu
bahwa aku tak pernah bosan
dengan sakit yang kau tinggalkan.
Puisi “Monolog Musim Hujan” berhasil menyentuh tema universal tentang kesedihan dan penerimaan dengan keindahan yang mendalam. Penggunaan metafora yang kuat dalam mengaitkan airmata dengan hujan menciptakan gambaran emosional yang mendalam, seolah-olah musim hujan itu bukan hanya sekedar cuaca, tetapi juga refleksi dari jiwa yang berduka. Penulis tampak berusaha merangkul rasa sakit dengan cara yang elegan, menunjukkan bahwa meski ada kepedihan, terdapat juga harapan untuk perdamaian. Namun, meskipun puisi ini menggugah, ada beberapa bagian yang terasa repetitif dan bisa lebih diperhalus untuk meningkatkan keindahan bahasa. Aspek kejutan dalam puisi ini cukup minim, karena tema tentang hujan dan kesedihan adalah motif yang sudah umum, namun cara penulis mengaitkannya dengan pengalaman pribadi memberikan nuansa yang fresh. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menggugah perasaan dan cukup kuat dalam menyampaikan makna, meskipun belum sepenuhnya eksploratif dalam hal ide.