Puisi Cendana asa Berjudul Genggam 6 Bait 18 Baris
C
Genggam
© Cendana asa
Naluri insan untuk menggenggam
Tuhan memilihkan dia
Hanyut dengan suka duka nuansa
Apapun yang terjadi tidak boleh dilepas
Waktu tak bisa berbohong
Kembali dititik ku sadari
Dia yang terikat tidak bisa ku genggam
Semakin erat rengkuhanku semakin aku terluka
Dia yang tak bisa menerima
Atau aku yang tak bisa merelakan segalanya
Harus terus berjalan bagaimanapun cuacanya
Harus ada yang mengalah
Kini ku memilih memendam
Dalam ikatan
Semua kukuh tertuju padanya
Tidak ada lagi
Selain diri sendiri
Semua tetap kosong
Puisi ‘Genggam’ menyajikan sebuah perjalanan batin yang dalam dan penuh gejolak, mencerminkan konflik antara perasaan dan realitas. Penulis dengan cermat menggambarkan ketidakmampuan untuk melepaskan sesuatu yang telah menjadi bagian dari diri, meskipun hal itu membawa luka. Emosi yang dihadirkan cukup kuat, terutama ketika menggambarkan rasa sakit dari ketidakmampuan untuk menggenggam sesuatu yang tidak bisa dimiliki sepenuhnya. Pilihan kata seperti ‘terikat’ dan ‘terluka’ menambah intensitas emosi yang disampaikan. Dari segi keindahan bahasa, puisi ini menggunakan diksi yang sederhana namun efektif dalam menyampaikan pesan, meskipun tidak terlalu banyak permainan kata yang menonjol. Ide tentang pergulatan batin ini memang bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia puisi, tetapi penulis berhasil menyajikannya dengan nuansa yang personal dan intim. Kedalaman makna muncul dari refleksi terhadap diri sendiri dan penerimaan akan kenyataan, meskipun elemen kejutan tidak terlalu terasa karena alur puisi yang cukup bisa ditebak. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan ungkapan yang jujur dan tulus dari hati yang berusaha memahami dan merelakan sesuatu yang hilang.