Puisi I MADE ARISHUDANA Berjudul Jiwa Yang Hilang 3 Bait 12 Baris
I
Jiwa Yang Hilang
© I MADE ARISHUDANA
Petang itu,
Kulihat samar-samar dari lubang pintu
Wayah layu lunglai menyapu jalan
Menggulung gerimis yang membasahi badan
Petir tidak hentinya menggelegar
Membelah malam mengguncang langit
Menerangi kabut sekejap dalam bayang
Mengurai makna kejadian yang terlucuti
Tontonan mencekam datang membalut sepi
Selimut jalan berubah memerah
Larut ditelan gemircik air
Seonggok daging tergeletak tanpa nama
Puisi ‘Jiwa Yang Hilang’ menyajikan gambaran yang mencekam dan dramatis melalui penggunaan bahasa yang sangat visual. Kalimat-kalimat seperti ‘Menggulung gerimis yang membasahi badan’ dan ‘Petir tidak hentinya menggelegar’ menciptakan suasana yang intens dan menegangkan, seolah pembaca turut merasakan kekacauan alam yang digambarkan. Puisi ini berhasil menyampaikan emosi melalui deskripsi yang tajam dan terperinci, menjadikannya sebuah pengalaman membaca yang menggugah. Namun, dari sisi ide, tema yang disampaikan cenderung umum dan sering dijumpai dalam puisi-puisi lain yang menggambarkan tragedi dan kehilangan. Hal ini sedikit mengurangi keaslian ide yang diangkat. Meskipun demikian, kedalaman makna yang ditawarkan cukup memikat, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kerapuhan hidup dan kemungkinan kehilangan. Elemen kejutan hadir dengan efektif di akhir puisi, ketika pembaca dihadapkan pada ‘seonggok daging tergeletak tanpa nama’, memberikan dampak yang kuat dan menyentak. Secara keseluruhan, puisi ini mengolah bahasa dengan baik dan membangun suasana yang mendalam, walaupun bisa lebih mengeksplorasi ide-ide baru yang lebih segar.