Puisi D. Zawawi Imron Berjudul Ibu 5 Bait 27 Baris
Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.
Puisi “Ibu” ini menyajikan sebuah penghormatan yang tulus dan mendalam kepada sosok ibu, di mana penulis berhasil mengekspresikan kerinduan dan rasa syukur dengan sangat puitis. Penggunaan metafora seperti ‘ibu adalah gua pertapaanku’ dan ‘bidadari yang berselendang bianglala’ menunjukkan keahlian penulis dalam menciptakan citra yang kuat dan emosional. Rangkaian kata yang harmonis dan aliran yang lembut menciptakan keindahan dalam bahasa, membuat setiap bait terasa mengalir dengan alami. Namun, meskipun ide tentang cinta ibu adalah tema yang umum, penulis berhasil memberikan sentuhan keaslian dengan menggambarkan pengalaman pribadi yang spesifik dan menyentuh. Kedalaman makna dalam puisi ini cukup mengesankan, mencakup rasa syukur, kerinduan, dan pengakuan akan peran penting ibu dalam hidup penulis. Elemen kejutan terletak pada pergeseran perspektif yang tidak terduga ketika penulis menggambarkan ibu sebagai bidadari, menambah dimensi baru pada penggambaran cinta maternal. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang indah dan menyentuh, layak mendapatkan perhatian lebih dari para pembaca dan kritikus sastra.