Puisi zinu Berjudul Hilang 14 Bait 14 Baris
z
Hilang
© zinu
Seberapa hebat getir itu mengendap dalam belulang?
Hingga retak-retak duka mengusap wajah
Kepedihan pun menyulam malam-malam berlalu
Tak seperti tandangmu waktu itu merenda mesra
Bukankah waktu telah memaki kita dalam keangkuhan?
Seakan satu sama lain saling berpaling
Hingga detik berlalu tanpa tulisan pena
Bahkan jarang kini terdengar sapa
Tapi entahlah
Sebab rasanya,
Rindumu tak lagi kukenali
Kangenmu tak lagi tertandai
Pelukmu tak lagi terpateri
Bahkan celotehmu tak lagi bunyi...
Puisi “Hilang” dengan indah menggambarkan rasa kehilangan yang mendalam, serta bagaimana waktu seakan menciptakan jarak antara dua insan yang pernah akrab. Penyair berhasil menyampaikan kepedihan yang terpendam dengan simbolisme yang kuat, seperti “retak-retak duka” yang menggambarkan betapa dalamnya luka yang dirasa. Gaya bahasa yang digunakan, dengan metafora dan personifikasi yang halus, memperkuat nuansa emosional yang terkandung dalam setiap bait. Namun, di sisi lain, ada kesan repetitif dalam beberapa frasa yang bisa jadi mengurangi kekuatan narasi. Meskipun demikian, ide untuk mengeksplorasi kehilangan dengan sentuhan waktu yang menciptakan kerinduan yang samar adalah hal yang cukup orisinal. Kedalaman makna puisi ini sangat terasa, terutama dalam refleksi tentang bagaimana hubungan bisa memudar seiring waktu. Momen-momen kejutan mungkin kurang terasa, namun keseluruhan puisi tetap menyentuh. Secara keseluruhan, karya ini menunjukkan potensi yang besar dalam mengekspresikan perasaan yang kompleks dengan cara yang puitis dan memikat.