Puisi Akura Popo Berjudul Malam 5 Bait 20 Baris
A
Malam
© Akura Popo
Semesta bersahaja menyalin rupa
Pertanda waktu enggan berdusta
Gulita menjelma tirai cahaya
Perantara masa yang sementara
Gemintang berpadu melebur petang
Melepas surya kembali pulang
Rembulan datang kodrat terulang
Merangkai tenang tanpa penghalang
Tiada sesal dalam gelap
Membuka ruang pijar gemerlap
Mengiringi lelap mendekap harap
Munajat syahdu lirih terucap
Menadah jiwa yang lemah
Karena dunia tak lagi ramah
Padamu lelah rela berserah
Dalam pasrah menanti cerah
Di antara kesunyian melagukan kerinduan
Membuai angan haluan masa depan
Merengkuh tepian menghimpun kekuatan
Mencari jawaban untuk bertahan
Puisi “Malam” menyajikan gambaran yang memukau tentang keindahan malam dan refleksi diri. Dengan penggunaan kata-kata yang puitis, penyair berhasil menangkap suasana tenang sekaligus melankolis. Frasa seperti “semesta bersahaja menyalin rupa” dan “gemintang berpadu melebur petang” menunjukkan keindahan bahasa yang luar biasa, memberikan nuansa visual yang kuat. Emosi yang terkandung dalam puisi ini sangat terasa, terutama dalam penggambaran kerinduan dan ketidakpastian. Penyair menggunakan malam sebagai simbol untuk merenungkan kehidupan, yang menunjukkan kedalaman makna dalam setiap baitnya. Walaupun tema kerinduan dan harapan bukanlah hal baru dalam sastra, penyampaian yang halus membuatnya terasa segar. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini sedikit kurang, karena alur dan tema yang diusung cukup dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan sebuah karya yang harmonis dan menggugah, berhasil menyentuh hati pembaca dengan keindahan dan kedalaman maknanya.