Puisi Apriani Kabnani Berjudul Perempuan di bawah sayup lampu 4 Bait 18 Baris

Keaslian Ide
4
Elemen Kejutan
3
Kekuatan Emosi
5
Kedalaman Makna
5
Keindahan Bahasa
4
Score
4.2
1 Voters
Puisi 4 Bait 18 Baris Tentang KehidupanDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
A

Perempuan di bawah sayup lampu

© Apriani Kabnani

Merona matamu licik memandang
Menjinjing garis alismu berlenting
Menjulurkan lidah isyarat terselubung
Bibir merah menggoda, dada membusung
Muntahkan hasratmu dalam erangan

Berapa lama lagi kau berbaring?
Busuk nafasmu mabuk kepayang
Terjebak nuansa ranjang berkabung
Menelan kekelaman sampai kenyang

Sayup-sayup lampu kota menggeleng
Matamu tersorot sayup terasa terang
Entah ludah atau air mata mengering
Kau tatap pahit duniamu lalu meradang

Kau bicara tentang si penyimpang
Berharap keadilan sampai berlinang
Meski kau tau hanya untuk yang ber-uang
Kau menangis di dalam jurang
Mereka tertawa mengutukmu di atas ua


One comment

  1. Keaslian Ide
    4
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    5
    Kedalaman Makna
    5
    Keindahan Bahasa
    4
    4.2/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Perempuan di bawah sayup lampu” menampilkan sebuah gambaran yang kuat tentang perjuangan dan keputusasaan seorang perempuan dalam menghadapi ketidakadilan. Penggunaan bahasa yang tajam dan deskriptif menciptakan imaji yang kuat, seolah-olah kita dapat merasakan setiap nuansa emosional yang dihadapi tokoh. Ada kegelapan yang menyoroti ketidakberdayaan, diimbangi dengan keindahan bahasa yang mengalir, meskipun tema yang diangkat cukup kelam. Kekuatan emosi dalam puisi ini sangat terasa, memancarkan kesedihan dan kemarahan yang mendalam. Ide yang diusung pun terbilang orisinal, mengangkat isu sosial yang selalu relevan. Namun, meskipun puisi ini menggugah, elemen kejutan yang dihadirkan kurang mencolok, sehingga pembaca mungkin sudah dapat menebak arah puisi ini. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan mengajak pembaca untuk merenungkan nasib perempuan di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban yang tak berperikemanusiaan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *