Puisi Berjudul Elegi perunggu
R
Elegi perunggu
© Regine ratu sofiane
Peluru perunggu, saksi bisu zaman,
Terkubur dalam tanah, terlupakan.
Kisah peperangan, terpatri dalam logam,
Rasa sakit dan kehilangan, terukir selamanya.
Warna kehijauan, karat memakan tubuh,
Namun cerita tetap hidup, di hati yang terluka.
Prajurit gagah berani, kini hanya debu,
Peluru perunggu, kenangan yang tak terduga.
Dari kedalaman tanah, ia terbangun,
Peluru perunggu, bisikan masa lalu.
Mengisahkan pertempuran, darah dan air mata tumpah,
Kekejaman manusia, yang tak pernah sirna.
Bentuknya sederhana, namun menyimpan makna,
Sejarah terukir, dalam setiap lekukannya.
Ia bercerita tentang kejayaan dan keruntuhan,
Tentang manusia, dan ambisi yang tak terbendung.
Puisi “Elegi Perunggu” berhasil menghadirkan sebuah refleksi mendalam mengenai sejarah dan dampaknya terhadap kemanusiaan. Dengan memilih peluru perunggu sebagai simbol, penyair menyampaikan pesan tentang warisan trauma yang tak lekang oleh waktu. Emosi yang terkandung dalam setiap bait terasa kuat, terutama saat menggambarkan rasa sakit dan kehilangan yang mendalam. Penggunaan bahasa sederhana namun penuh makna memperkuat keindahan puisi ini, menjadikannya dapat diakses oleh berbagai kalangan. Keaslian ide yang mengangkat objek mati sebagai pengisah sejarah menambah daya tarik tersendiri, memberikan perspektif yang jarang dijumpai dalam karya lain. Namun, meskipun kedalaman makna sangat kuat, unsur kejutan dalam puisi ini relatif minim, karena tema peperangan dan kehilangan adalah tema yang sering diangkat. Secara keseluruhan, “Elegi Perunggu” adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan kembali masa lalu dan dampaknya terhadap masa kini.