Puisi Muhammad Andi Firdaus (Daus) Berjudul Di Sudut Kamar Hijau 6 Bait 29 Baris
Di Sudut Kamar Hijau
sebuah sudut kamar hijau
sebuah pantulan cahaya mentari singgah melalui
lorong kotak penuh kaca bening
menunggu tenggelam untuk pamit di akhir hari
mengakhiri keseruan godaan sunyi yang memenuhi kening
di sudut ini
hadap wajah arah timur bumi
menunggu nasib mengakhiri penderitaan
menyongsong harap hidup kembali
dua kotak besar
bersandar pada lembaran kayu tebal
beralaskan licin tanah gembur tak terbentur
tik tok tik tok tik:
menemani menghitung hari
pusaran angin kencang
sayup-sayup lewati tiap sela tubuh
tenangkan jiwa, dinginkan asa, merubah masa
sudah lebih dari satu, dua, dan tiga
lemah lunglai kaki – tangan
pikiran sulit melawan
bertentangan melawan zaman
gerak penghematan kalor sebuah alasan
beranganlah!
berangan agar menjadi seorang pangeran
besi beradu
gesek gergaji, batu, dan unsur atom tiga belas saling menyeru
menyeringai syahdu
hari penuh berlalu:
pagi, siang, sore, malam, tak menentu
Puisi ‘Di Sudut Kamar Hijau’ menawarkan sebuah perjalanan introspektif yang mengajak pembaca merenungi dinamika emosi dan pemikiran yang berkecamuk dalam ruang terbatas. Penggunaan metafora seperti ‘pantulan cahaya mentari’ dan ‘pusaran angin kencang’ memberikan kekuatan visual yang memikat, menambah kedalaman pengalaman imersif yang ingin disampaikan oleh penyair. Namun, repetisi frasa dan ritme seperti ‘tik tok tik tok’ kadang terasa terlalu repetitif dan bisa jadi mengalihkan fokus dari pesan sentral. Di sisi lain, ide tentang pergulatan batin dan berharap untuk ‘menjadi seorang pangeran’ adalah metafora yang kuat dan membangkitkan imajinasi, meskipun belum sepenuhnya orisinal. Elemen kejutan hadir dalam penggunaan unsur kimia seperti ‘unsur atom tiga belas’ yang memberikan sentuhan modern dan sedikit mengejutkan dalam konteks puisi klasik. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menciptakan atmosfer meditatif yang reflektif, meski bisa lebih diperkaya dengan eksplorasi tema yang lebih dalam dan variatif.