Puisi anonym Berjudul Tsunami Fukushima 19 Bait 48 Baris
Tsunami Fukushima
Tolong aku,
Aku seorang murid disana
Dari Minami-Soma, di Fukushima.
Karena Tsunami aku kehilangan teman,
Teman-temanku kehilangan orang tua dan sendirian,
Sahabatku terjebak di Minami-Soma tidak bisa berkendaraan.
Hanya melalui telepon dan email
Aku bisa menghiburnya meski secuil
Dia berjuang melawan rasa takut
dari paparan radioaktif tingkat lanjut
Tapi dia mengundurkan diri.
Pukul enam belas
Dia siap untuk mati;
Dia merasa kematian semakin dekat.
Bahkan jika dia diselamatkan,
Dia harus hidup dengan ketakutan terus-menerus terhadap radioaktivitas.
Para politisi, negara,
media massa, para ahli,
bos dari NPP,
mereka semua adalah musuh.
Mereka semua adalah pembohong.
Berita semakin sedikit melaporkan tentang NPP,
selalu adegan tsunami yang sama,
wawancara tak berperasaan oleh media,
pernyataan kasih sayang hanya sebagai basa-basi,
politisi, yang menggambarkan kehancuran sebagai "bencana alam".
Politisi, bantu kami dengan pendapatan dan tabungan Anda.
Berhenti dengan kemewahan dan
membantu para korban untuk bertahan hidup.
Tidak hanya memberi perintah,
jangan hanya menonton dari tempat yang aman,
sebaliknya tolong bantu kami di situs!
Kami diabaikan,
mungkin Fukushima akan diisolasi.
Kami diabaikan,
kita dibunuh oleh negara.
Kami para korban malapetaka tidak akan pernah memaafkan negara yang mengabaikan kami, kami akan membencinya selamanya.
Saya ingin memberi tahu orang yang telah membaca selembar kertas ini:
Anda tidak tahu kapan, bagi Anda orang yang berharga tiba-tiba menghilang. Bayangkan orang yang sedang tertawa di sebelah sekarang tiba-tiba menghilang.
Tolong perlakukan dia dengan lebih hati-hati,
Sekolah kita, tempat kita menghabiskan masa muda kita,
telah berubah menjadi kamar mayat,
di gym, tempat kami melakukan aktivitas olahraga dan klub, sekarang terbaring mayat tak bergerak.
Bagaimana saya bisa membawa kebenaran kepada sebanyak mungkin orang?
Meskipun hanya satu orang yang membaca kertas ini,
Saya akan senang
Inilah yang saya pikirkan dan jadi saya menulis selembar kertas ini.
Saya minta maaf dan saya ingin mengucapkan terima kasih.
Ini seperti ungkapan rasa yang tak sempat tersampaikan melalui ucapan, pengakuan yang ingin di dengar dan di perhatikan. Sejujurnya aku tersentuh dengan ini…..
Puisi “Tsunami Fukushima” berhasil menangkap emosi mendalam yang dialami oleh para korban bencana. Dengan bahasa yang lugas dan langsung, penulis menciptakan gambaran yang menyentuh hati tentang kehilangan dan ketidakadilan. Penggunaan frasa seperti “kami diabaikan” dan “kami dibunuh oleh negara” menciptakan resonansi yang kuat, mencerminkan rasa frustrasi dan kesedihan yang mendalam. Meskipun bahasanya sederhana, kekuatannya terletak pada kejujuran yang disampaikannya. Namun, keindahan bahasa dalam puisi ini mungkin tidak terlalu menonjol, karena penekanan lebih pada pesan emosional daripada keindahan estetik. Ide yang diangkat juga cukup orisinal, mengingat konteks bencana alam dan dampaknya terhadap kehidupan individu. Di sisi lain, kedalaman makna puisi ini sangat dalam, mengajak pembaca untuk merenungkan konsekuensi dari bencana dan tanggung jawab sosial. Elemen kejutan tersedia dalam penggambaran yang mendetail tentang realitas pahit pasca-bencana yang sering kali diabaikan oleh media dan pemerintah. Secara keseluruhan, puisi ini adalah panggilan mendesak untuk perhatian dan empati, meskipun ada beberapa kekurangan dalam aspek keindahan bahasa.