Puisi Fiqryghifary Berjudul Biru kelabu 8 Bait 14 Baris

Keaslian Ide
5
Elemen Kejutan
3
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
4
Score
4
1 Voters
Puisi 8 Bait 14 Baris Tentang AlamDengar Puisi Bacain Puisi Nilai Download Kutipan Komentar
F

Biru kelabu

© Fiqryghifary

Kini angin tidak berpihak kepadaku, biru kelabu sudah hari ini.

Tidak ada lagi nyanyian para malaikat sehabis hujan yang kudengar,
Hanya ada kicauan sendu 3 burung kenari di ranting oak yang perlahan menghilang.

Coba ku putar kembali gulungan hitam yang ada dikepalaku,
Tentang cerita awal kau datang disaat badai menghancurkan kisahku.

Kau berdongeng tentang warna pelangi, dimana tidak ada awan jahat yang berputar diatas langit mu.
Membuka mataku melihat matahari dan purnama menyertaimu.

Kini langitku berubah membiru dan perlahan kelabu akrab dengannya.
Tidak ada warna pelangi hanya ada awan jahat yang bersiap memberi badai.

Aku menatap kearah langitku, berharap hujan turun sekali lagi membawa nyanyian merdu para malaikat.

Kali ini bukan malaikat yang turun,
Hanya Gemuruh awan jahat yang datang bersama angin penyayat hati.

Terdiam seperti pohon oak tanpa daun,
Merasakan hujan yang turun perlahan dari kedua bola mataku


One comment

  1. Keaslian Ide
    5
    Elemen Kejutan
    3
    Kekuatan Emosi
    4
    Kedalaman Makna
    4
    Keindahan Bahasa
    4
    4/5
    OVERALL SCORE

    Puisi “Biru Kelabu” berhasil menggambarkan perjalanan emosi yang kompleks melalui pilihan kata yang intim dan puitis. Penulis mengajak pembaca merasakan keputusasaan dan harapan yang saling bertabrakan, terutama dalam gambaran perubahan langit yang mencerminkan keadaan hati. Penggunaan metafora seperti ‘awan jahat’ dan ‘pohon oak tanpa daun’ memberikan kedalaman visual yang kuat, menciptakan nuansa yang melankolis namun tetap menyentuh. Meskipun ada keindahan dalam bahasa yang digunakan, beberapa bagian terasa agak repetitif, yang mungkin mengurangi dampak keseluruhan dari penyampaian. Namun, keaslian ide yang terintegrasi dengan pengalaman emosional yang mendalam patut diacungi jempol, menjadikan puisi ini menarik untuk direnungkan. Dengan elemen kejutan yang tidak terlalu mencolok, puisi ini lebih mengedepankan ketenangan dalam kesedihan, meskipun pembaca mungkin mengharapkan twist yang lebih mencolok. Secara keseluruhan, “Biru Kelabu” adalah karya yang menghanyutkan, walaupun ada ruang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam variasi ekspresi bahasa dan kejutan naratif.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *