Puisi Arbani Yasiz Berjudul Badai 1 Bait 10 Baris
A
Badai
© Arbani Yasiz
Badai besar itu datang tanpa ku undang..
Asaku luluh lantak..
Saat kulihat bidadariku marah..
Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap..
Menyisakan puing penyesalan yang mendalam..
Wahai bidadariku..
Dengarlah harapan dari sisa keyakinanku..
Ku ingin cinta kita sekuat karang..
Jangan biarkan rindu terkikis..
Jangan biarkan harapan kita menipis..
Puisi “Badai” ini berhasil menyampaikan perasaan yang mendalam tentang kehilangan dan kerinduan. Penggunaan metafora badai sebagai simbol dari konflik dalam cinta memberikan nuansa dramatis yang kuat, menciptakan gambaran emosional yang jelas. Penulis dengan cerdas mengaitkan unsur alam dengan pengalaman batin, sehingga pembaca dapat merasakan intensitas dari setiap bait. Namun, meskipun ada keindahan dalam penyampaian, beberapa frasa terkesan klise, yang sedikit mengurangi keaslian ide. Di sisi lain, harapan yang tersisa di akhir puisi menunjukkan kedalaman makna yang dapat menggugah refleksi pembaca tentang cinta dan keteguhan hati. Secara keseluruhan, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan kekuatan cinta meskipun dalam keadaan yang sulit, meski perlu sedikit penyegaran dalam penggunaan bahasa untuk meningkatkan daya tariknya. Dengan demikian, “Badai” adalah karya yang penuh emosi, namun masih memiliki ruang untuk berkembang dalam aspek orisinalitas dan keindahan bahasanya.