Puisi Zainab Baudin Berjudul Aku Bukan Permata 1 Bait 16 Baris
Z
Aku Bukan Permata
© Zainab Baudin
Tidak sesekali aku samakan diriku dengan permata,
Yang harus dijulang dan diagungkan,
Hidupku terlalu merendahkan diri,
Tetapi tetap melindungi saat kehinaan menimpa diri,
Tidak ku katakan aku seorang ahli ibadah yang suci,
Apalah lagi kekasih Ilahi,
Cuma itu anganku menjadi insan yang dicintai,
Tidak layak untuk aku meminta,
Cuma aku terlalu lemah untuk berdiri sendiri,
Bahasa ku sekeras bahasa agar kau tahu pendirian diriku,
Aku tidak mahu melukut ditepi gantang,
Biar kuderatku tidak menyusahkan dirimu,
Saatku lemah, air mata dan laungan namamu berulang kali ku ucapkan,
Meminta sedikit kasih sayang dan kekuatan untuk ku teruskan hariku ini,
Hadirmu bukan selamanya,
Harapanku biar bersama hingga ke syurga.
Puisi “Aku Bukan Permata” dengan tegas menyampaikan perasaan kerentanan dan ketidakpastian penulis terhadap diri sendiri dan hubungan dengan Sang Pencipta. Penggambaran diri yang tidak ingin disamakan dengan permata mencerminkan ketulusan dan kerendahan hati yang sangat menyentuh. Pemilihan kata yang sederhana namun sarat makna memperkuat pesan bahwa keindahan sejati tidak selalu terletak pada pengakuan atau status, melainkan pada ketulusan dalam menghadapi kehidupan. Namun, meskipun puisi ini memiliki keindahan tersendiri, beberapa frasa terasa repetitif dan bisa lebih dieksplorasi untuk menambah kedalaman makna. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh emosi pembaca dan memberikan refleksi yang mendalam tentang kasih sayang dan harapan. Saya menyarankan untuk menggali elemen kejutan lebih jauh, sehingga pembaca tidak hanya terjaga dalam suasana melankolis, tetapi juga terinspirasi. Puisi ini merupakan ungkapan yang tulus dan sangat relatable bagi banyak orang, menjadikannya karya yang layak dibaca dan direnungkan.