Puisi Rina Fadhilah Putri Berjudul Anak Lelaki Kecil dan Kopiah Putih 8 Bait 31 Baris
Anak Lelaki Kecil dan Kopiah Putih
Hidup adalah keajaiban
Yang setiap saat menebar racun mematikan
Teriakan dan suara pecahan kaca
Menyambut telinga dan disaksikan oleh mata
Anak lelaki kecil itu berhadapan dengan ketakutan
Melupakan rasa ingin bermain dan menggerakkan keuda kakinya menuju lapangan
Sang malaikat tak bersayap pun menghampiri dengan peluh
Menggenggam tangan kecilnya dengan tubuh menahan pilu
Terdengar adzan berkumandang menenggelamkan kalimat sendu
Dengan irama yang mengalir sejuk dan menyentuh kalbu
Anak lelaki kecil itu berlari mengenakan kopiah putih
Menuju masjid untuk bersujud dan mengadu kepada Ilahi
Bukan mainan atau nilai sempurna disekolah nanti
Tapi sosok pahlawan impiannya yang diimpikan untuk kembali
Yang dipinta tak kunjung datang
Pahlawannya hanyalah sosok perundung dan keserakahan
Anak lelaki kecil itu meringkuk menahan pukul merambang
Hingga tubuhnya bertanda corak merah dan kebiruan
Tidak ada malaikat tak bersayap
Dia menghilang dan ruangan penuh dengan kepulan asap
Mencari mengelilingi beton dan mengintip atap
Anak lelaki kecil pun kembali menangis dan meratap
Waktu berjalan dan berubah
Tapi siksa fisik dan psikis tidak pernah sudah
Kapankah semua berhenti? Tidak pernah
Dengan kopiah putih, sujudlah anak lelaki kecil
Di atas sajadah berdoa hening mengharap hasil
Tidak ada harapan, tidak ada impian kata terukir
Hanya kening berpeluh dan getar di bibir
Saksikanlah wahai engkau pahlawan pandir
Itulah sujud terakhir anak lelaki kecil
Puisi “Anak Lelaki Kecil dan Kopiah Putih” menggambarkan dengan sangat kuat realitas pahit yang dihadapi oleh anak-anak dalam konteks kekerasan dan kehilangan. Melalui penggunaan simbol seperti kopiah putih dan sajadah, penulis berhasil menciptakan gambaran mendalam tentang harapan dan keputusasaan. Emosi yang terpancar dari setiap bait sangat menyentuh hati, menggugah rasa empati pembaca terhadap nasib anak-anak yang terjebak dalam situasi sulit. Namun, meski bahasa yang digunakan cukup lugas, ada kalanya keindahan retorika dapat ditingkatkan untuk menambah daya tarik puisi ini. Ide yang diusung juga terbilang orisinal, menyentuh tema yang relevan dengan kondisi sosial saat ini. Kedalaman makna puisi ini, yang berfokus pada aspek psikologis anak, memberikan refleksi yang sangat diperlukan di tengah masyarakat. Elemen kejutan muncul di akhir, ketika harapan yang diidamkan ternyata sirna, meskipun bisa jadi penulis dapat lebih mengeksplorasi twist ini. Secara keseluruhan, puisi ini sangat menyentuh dan mengajak pembaca merenungkan nasib anak-anak yang terabaikan dalam situasi perang dan ketidakadilan.