Puisi Rea reo robin Hw. Berjudul Senja yang sirna 1 Bait 18 Baris
R
Senja yang sirna
© Rea reo robin Hw.
Jika ijuk telah luruh
Mataku dalam terbenam
Antara pintu dan dua jendela tua
Kau masih tersenyum
Matamu yàng sedikit sayu
Jemarimu lihai berpita
Dan.....
Awanpun sedikit demi sedikit menelan terangmu
Seketika lunglai kakiku
Tàk bertulang
Tak berpori
Tak bernadi
Bahkan hàmpir mati
Mentari yang selalu kunanti
Kini pergi....
Hilang tak akan datang
Senjaku.....
Kau sirna tuk selamanya
Puisi “Senja yang sirna” berhasil menangkap nuansa melankolis yang mendalam melalui gambaran senja yang seakan menghilang, melambangkan kehilangan dan kerinduan. Penggunaan kata-kata seperti ‘ijuk’, ‘terbenam’, dan ‘senjaku’ menciptakan suasana yang sangat puitis dan mengundang pembaca untuk merasakan keindahan sekaligus kesedihan yang terkandung di dalamnya. Walaupun tema kehilangan ini bukanlah sesuatu yang baru dalam sastra, penyampaian penulis tetap memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya terasa segar. Kedalaman makna yang tersirat dalam setiap bait memperlihatkan betapa beratnya perpisahan, sementara elemen kejutan dalam metafora ‘awanpun sedikit demi sedikit menelan terangmu’ memberikan perspektif baru tentang bagaimana hal-hal yang indah dapat sirna dalam sekejap. Meskipun demikian, terdapat kemungkinan untuk pengembangan lebih lanjut dalam penggunaan imaji yang lebih beragam untuk memperkaya pengalaman pembaca. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menyentuh dan menginspirasi.