Selamat Pagi Kawan - AntologiPuisi.com
Selamat Pagi Kawan
Bahkan ketika langit sedang murung
tanpa sebait pun kicauan burung,
ini tetaplah tempat
dimulainya berbagai macam geliat.
Dahulu sekali,
aku hampir selalu melewatkan tempat ini dalam kendaraan bernama mimpi.
Aku turun beriring pening
lalu semata berbekal insting
akan kuseduh dan kusesap secangkir kopi.
Kubiarkan suamnya lamat-lamat merasuk. Kunikmati hening yang perlahan terbentuk.
Kueja diriku hingga benar-benar utuh
barulah mulai kuangkat sauh
menempuh hari yang tinggal separuh.
Di situ kadang terselip kelakar kita
melalui siratan kata demi kata
menegaskan tak ada jarak yang benar-benar tercipta.
Kini, setiap kali singgah di tempat ini,
bahkan tanpa secangkir kopi
aku sungguh menyadari
bahwa jarak itu telah benar tercipta
dari kata-kata yang entah akan ke mana.