Puisi Jayanto Halim Tjoa Berjudul Pujangga dan Hujan 5 Bait 30 Baris
Pujangga dan Hujan
Pada hari yang baik di bulan yang baik ini;
Hujan turun lagi membasahi segenap pertanahan;
Dibalik bulirnya seorang pujangga termenung;
Menuliskan kembali lirik-lirik tersedih dalam puisinya:
Wahai imaji hujan di masa lalu;
Pernah kulupa namun mengapa belum kurela?
Wahai melodi hujan di masa lalu;
Kembali kau ketuk palung paling dalam;
Kehalusan suara wanita yang pernah ada;
Mengapa tak lenyap bersama kejatuhanmu?
Apakah lagi-lagi aku berdiri pada persimpangan yang sama?
Penuh kabut, memudar namun seyogianya belum sirna;
Tahun demi tahun telah berlalu bersama kejatuhan hujan;
Namun mengapa kesepian tak pernah berlalu?
Walau kesedihan menolak segala kefanaan;
Yang belum berubah menjadi sebuah kejadian;
Yang menolak segala bentuk pengulangan;
Apakah kekosongan merupakan bentuk realita tertunggal
Yang selamanya akan terus berbahasa dalam kebisuannya?
Mengapa masih aku mengaku yang tertabah;
Jika musibah tak mampu melenyapkan;
Segala terpaan angin rindu yang pernah berhembus?
Jika segala ketakuan masih menjadi ada dalam tiada;
Mengapa pernah juga kau lepas ikatan kita?
Perlahan kata-kata itu meresap kepada perakaran;
Sebolehjadinya ujung pena tak mampu memahami;
Segala makna yang tersirat dalam rampaian puisinya;
Bila kepergianmu adalah kesenduan dari berkat kehidupan;
Ajarkanlah aku berdamai dengan segala bentuk prasangka;
Yang datang bersama bayanganmu di kala hujan.
Puisi “Pujangga dan Hujan” mengajak pembaca untuk merasakan kedalaman emosi yang terjalin melalui bait-bait puitisnya. Dengan latar hujan yang melambangkan nostalgia dan kesedihan, puisi ini berhasil menyampaikan ketidakpastian dalam perasaan kehilangan. Penggunaan kata-kata yang puitis seperti ‘melodi hujan’ dan ‘palung paling dalam’ menunjukkan keindahan bahasa yang menyentuh. Ide tentang pertentangan antara ingatan dan kenyataan menciptakan keaslian yang menjadikan puisi ini menonjol. Namun, kedalaman makna yang tersirat di dalamnya sangat kaya, menciptakan ruang bagi interpretasi yang beragam. Meskipun terdapat elemen kejutan, seperti pertanyaan retoris yang menggugah pemikiran, puisi ini bisa lebih mengejutkan jika mengedepankan twist yang lebih dramatis. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang menggugah dan layak untuk direnungkan lebih dalam.