Puisi Tino Beo Berjudul Pilihan Usia 5 Bait 23 Baris
Keaslian Ide
3
Elemen Kejutan
3
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
4
Score
3.6
1 Voters
T
Pilihan Usia
© Tino Beo
Pikiranku sudah berumur 27 tahun
Ia seperti memasak tubuhnya sendiri
dalam kepala
matang ataupun mentah
tergantung hatimu pandai berubah
Doa yang kau bakar malam-malam
menjadi nyala paling tajam bagi
kakimu seharian
Begitu seterusnya
Sampai kau menemukan Cinta
yang dalam
Orang-orang bertanya
"mau kemana?" , "mau jadi apa?" atau
"sudah kaya? "
Kau tidak berlibur sekarang.
Hidup tidak punya rumah sendiri. Ia bergerak
seirama nafasmu. Memungkinkan dirinya terbuat dari
keringat dan air matamu.
Kau harus sadar.
Waktunya berlomba.
Waktunya membasuh luka.
Waktunya membuat Cinta.
Sebab, jam tidak punya waktu bercanda.
Puisi “Pilihan Usia” menyajikan refleksi yang mendalam tentang perjalanan hidup dan pencarian makna, terutama di usia 27 tahun yang sering dianggap sebagai fase krisis. Penulis dengan cerdas menggunakan metafora memasak untuk menggambarkan proses pematangan diri, menciptakan gambaran yang sangat relatable dan kuat. Gaya bahasa yang dihadirkan terasa intim dan personal, seolah penulis mengajak pembaca untuk berbagi pengalaman. Namun, meskipun puisi ini memiliki keindahan dalam ungkapannya, ada kalanya pengulangan frasa membuat alur terasa sedikit monoton. Di sisi lain, tema cinta dan waktu yang terjalin dalam puisi ini membangkitkan kesadaran akan pentingnya tindakan dan pilihan dalam hidup. Penggunaan kalimat-kalimat pendek dan langsung menambah kekuatan emosional, namun elemen kejutan terasa kurang, mungkin karena tema yang sudah cukup umum. Secara keseluruhan, “Pilihan Usia” adalah karya yang menggugah dan memberi inspirasi, meski masih ada ruang untuk eksplorasi ide yang lebih segar.