Puisi Nia Bayu Apriani Berjudul Kenangan yang Padam 4 Bait 13 Baris
N
Kenangan yang Padam
© Nia Bayu Apriani
Raga yang telah hancur, melebur
Menyisakan ruang abu, kelabu
Batin telah terhempas, terampas
Menjadikan sunyi sepi, menyendiri
Ku mulai pungut satu demi satu
Merakit kembali senyum, tanpa jeritan meringis
Ku rasa, air bak telah menjadi bahan peledak
Menyiram kegersangan seonggok jiwa
Terlarut dalam senyawa sianida
Meluluh lantahkan cinta dalam dada
Ibarat dedaunan gugur
Kasih dalam nadi terlanjur luntur.
Sukoharjo, Desember 2022
Puisi ‘Kenangan yang Padam’ menawarkan gambaran yang kuat tentang keruntuhan dan penemuan kembali diri setelah kehilangan. Penggunaan metafora seperti ‘raga yang telah hancur’ dan ‘senyum, tanpa jeritan meringis’ menciptakan visualisasi yang tajam tentang penderitaan sekaligus harapan untuk rekonstruksi. Diksi yang dipilih, seperti ‘sianida’ dan ‘meluluh lantahkan cinta’, menambah intensitas emosional puisi ini, menggambarkan cinta yang berakhir dengan kehancuran yang mendalam. Struktur puisinya mengalir dengan lancar, meski terasa sedikit familiar dalam penggunaan tema kehilangan dan kesepian. Namun, kekuatan puisi ini terletak pada bagaimana ia mampu menyentuh pembacanya dengan kejujuran emosi yang terpancar dari setiap bait. Dengan sedikit lebih banyak inovasi dalam ide dan elemen kejutan, puisi ini bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, ini adalah puisi yang menyentuh dan menggugah, meski tetap dalam jalur yang sudah sering dijelajahi dalam dunia puisi.