Puisi Amatulloh Fa Berjudul Kamuku yang dicuri waktu 1 Bait 18 Baris
A
Kamuku yang dicuri waktu
© Amatulloh Fa
Diantara gemuruhnya guntur
Dan derasnya hujan
Dimana kau tujukan aksara yang terpendam?
Apakah pada daun bergoyang
Yang diterpa angin sore?
Atau pada batu berlubang
Yang diterpa derasnya hujan?
Aksaraku kelu menatap rindu
Yang tak pernah bertemu
Untuk kamu yang sudah menutup mata
Sekarang, kita hanya bisa bertemu lewat doa
Kehadiranmu kini pun sirna
Bersama waktu yang membawamu
pergi bersamanya
Sekarang, kita hanya bisa bertemu lewat doa
Dimana pun kamu
Semoga selalu bahagia
Kamuku yang dicuri waktu
Puisi berjudul ‘Kamuku yang dicuri waktu’ adalah sebuah perjalanan emosional yang mengisahkan kerinduan mendalam terhadap seseorang yang telah tiada. Kekuatan emosinya terletak pada cara penyair menggambarkan pertemuan yang tak lagi bisa terjadi, kecuali dalam doa. Ungkapan seperti ‘kamuku yang dicuri waktu’ secara efektif menyampaikan rasa kehilangan dengan sentuhan lembut. Keindahan bahasa puisi ini hadir melalui penggunaan metafora alam, seperti guntur, hujan, daun, dan batu, yang mengilustrasikan perasaan yang mendalam serta menambah lapisan keindahan visual. Namun, dari segi keaslian ide, tema kerinduan terhadap orang tercinta yang telah tiada adalah tema yang sering dijumpai dalam puisi. Meski begitu, penyair berhasil memberikan sentuhan pribadi yang menyentuh. Kedalaman makna puisi ini terletak pada penerimaan akan kenyataan bahwa pertemuan kini hanya mungkin melalui doa, menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual. Sayangnya, elemen kejutan kurang hadir, karena perkembangan puisi dapat diprediksi. Keseluruhan, puisi ini berhasil menggerakkan perasaan pembaca melalui ungkapan yang tulus dan penuh perasaan.