Puisi Mohamad Taufiqurrakhman Berjudul Doppelganger 15 Bait 15 Baris
Doppelganger
padahal hanya sekali kita hidup
saya sebut mereka dengan mereka karena mereka merupakan saya dan dia yang lain
lagipula mereka tidak kembar identik seperti mereka yang punya satu pikiran
ketidaksengajaan mungkin yang membuat saya bertemu mereka berulang kali
dan mungkin mereka bertemu mereka yang lain atau mungkin saya dan atau dia
dalam wujud yang berbeda-beda namun saya yakin ada hal yang sama pernah mereka alami
entah waktu kelahiran atau bentuk rasi bintang atau sekitar yang kongruen
tapi tidak sekali dia dan dia bertemu saya lagi dan bertemu saya lagi
bila itu baik maka saya berharap terus datang kemari tanpa mesin waktu mundur
pecahannya enggan gelap yang selalu ingin dirindu saat sebenarnya sudah usai
saat itu buruk seharusnya saya sudah terbiasa dengan hal buruk itu bahkan bisa lebih buruk
alam tidak bersedia memberikan lompatan tinggi maju mundur dengan mudah
bahkan saat berhadapan dengan yang sudah pernah baik atau buruk masih saja harus mengerut
jadi kenalilah dan kenalkanlah saya dia mereka yang satu per bagiannya kita sudah kenal
tidak satu kali mereka yang sama itu datang
Puisi “Doppelganger” menghadirkan eksplorasi mendalam tentang identitas dan pertemuan antara diri sendiri dan ‘yang lain’. Gaya penulisan yang bebas dan aliran pikiran membuat pembaca merasakan ketidakpastian dan keragaman yang ada dalam pengalaman manusia. Penggunaan repetisi frasa ‘mereka’ dengan variasi yang halus menciptakan kesan kehadiran banyak diri, seolah-olah penulis mengajak kita merenungkan tentang berbagai lapisan identitas yang kita miliki. Namun, meskipun puisi ini kaya akan ide, terkadang struktur kalimat yang panjang dan berliku bisa membuat pembaca kehilangan jejak. Keindahan bahasa pun terjalin dalam penggambaran yang metaforis, meski ada beberapa bagian yang terasa bertele-tele. Terlepas dari itu, keaslian ide yang diusung cukup menarik, membawa pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang relasi antar individu. Penutup yang ambigu juga memberi ruang bagi interpretasi, meskipun elemen kejutan dalam puisi ini tidak terlalu mencolok. Secara keseluruhan, “Doppelganger” adalah sebuah karya yang provokatif, meski ada beberapa aspek yang bisa diperhalus untuk meningkatkan daya tariknya.