Puisi Luthfia Hanifah Berjudul Biarkan Tuhan yang Membalas 1 Bait 10 Baris
L
Biarkan Tuhan yang Membalas
© Luthfia Hanifah
Aku pernah dengar
Jika kamu disakiti, maka balaslah dia dengan bunga
Kalau kebangetan, balas saja dia dengan melempar bunga sekaligus potnya
aku pun melakukannya pada dia yang menyakitiku
lho, tapi kenapa jadi seperti itu?
Dia yang kulempar kenapa jadi untung?
Ooh, ternyata dia menangkap pot bunga yang kulempar
Ooh, lalu dia menjual pot bungaku
Tuhan pun tertawa
Aku pun merenung, kenapa tidak kubiarkan saja Tuhan yang membalas?
Puisi “Biarkan Tuhan yang Membalas” mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas balas dendam dan pengampunan. Melalui penggunaan simbol bunga dan pot, penulis berhasil menciptakan gambaran yang menarik tentang reaksi terhadap rasa sakit. Kekuatan emosi dalam karya ini cukup terasa, meskipun dapat ditingkatkan dengan eksplorasi lebih dalam terhadap perasaan sakit dan pengampunan. Keindahan bahasa yang digunakan cukup sederhana namun efektif, memberikan kesan yang mudah dipahami. Di sisi lain, keaslian ide yang mengangkat tema balas dendam yang berujung pada refleksi spiritual merupakan hal yang menarik dan mengundang pemikiran. Kedalaman makna pun hadir, dengan pertanyaan retoris yang menantang pembaca untuk merenungkan pilihan mereka dalam menghadapi konflik. Namun, elemen kejutan dalam puisi ini agak terbatas, meski ada twist yang menyenangkan ketika objek yang dilempar justru berujung pada keuntungan bagi si penerima. Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi yang manis dan sederhana tentang membiarkan Tuhan berperan dalam keadilan. Sebuah karya yang patut diapresiasi dengan beberapa ruang untuk pengembangan lebih lanjut.