Puisi Naufal Hanif Berjudul Andai senja dapat berkata. 1 Bait 24 Baris
N
Andai senja dapat berkata.
© Naufal Hanif
Assalamu’alaikum
Senja,
Malam,
Pagi,
Waalaikumsalam, jika saja kau dapat berbicara
Kau melihatnya bukan?
Aku mencintainya, dapatkah kau bercerita?
Ah, bahkan salamku tak dapat jawabnya
Bahu yang lelah,
Mata yang basah,
kaki yang kehilangan arah,
beritahu aku,
senja, malam, dan pagi
dapatkah aku memilikinya?
sebab aku takkan terbang dengan satu sayap
tak dapat berdiri hanya dengan satu kaki
bahkan tak bisa mati, dengan tetap percaya pada janji-janji lama
romansa bisa saja sekedar rasa,
rasa suka bisa saja hilang setelah senja,
tapi cinta bukan sekedar rasa,
seseorang bilang, itu kata kerja
dan takdir menyuruhku membuktikannya
sudah lewat senja, malam, dan pagi,
berapa lama lagi?
Puisi “Andai Senja Dapat Berkata” menampilkan kerinduan yang mendalam dan kompleksitas emosi dalam hubungan cinta. Penggunaan personifikasi pada elemen waktu, seperti senja, malam, dan pagi, menciptakan suasana yang mengajak pembaca merenungkan perjalanan cinta yang tidak selalu mulus. Struktur puisi yang mengalir dengan bebas menambah kesan intim dan mendalam. Namun, meski ada keindahan dalam ungkapan rasa, terdapat beberapa bagian yang terasa repetitif, sehingga bisa mengurangi dampak emosional yang diharapkan. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh tema universal tentang cinta dan harapan dengan cukup kuat, meski ada ruang untuk eksplorasi lebih dalam pada aspek keindahan bahasa. Meskipun ide tentang cinta sebagai ‘kata kerja’ cukup menarik, penarikan kesimpulan di akhir puisi terasa kurang mengejutkan. Puisi ini, meski tidak sepenuhnya sempurna, tetap menyuguhkan resonansi emosional yang dapat dirasakan oleh banyak orang, menjadikannya karya yang layak untuk dibaca dan direnungkan.