Puisi Ambonsky Berjudul Amaranggana 8 Bait 28 Baris
Amaranggana
Dibentangan terluas samudra
Dalam lembaran cerita manusia
Aku menuliskan sajak-sajak tak bernyawa
Membaca semua tulisan buku
Dan menterjemahkan rindu
Yang ternyata hanyalah benalu
Kan kubakar aksara luka
Biar penatku tak lagi terbaca
Berharap pilu tak lagi menganga
Seperti masa kelam sebelumnya
Aku menuliskan diksi pada senja
Mengeja namamu disepanjang hari
Menyibak setiap tirai di angkasa
Dan kurangkum dalam lirik puisi
Kucoba mengartikan pesan rembulan
Tentang ribuan cahaya jatuh ke bumi
Menyusun langkah bersama tuk berjalan
Disaat yang tak pernah kuduga
Kau buat warna-warni terus hidup
Kau adalah sajak yang terus bercerita
Kau cahaya yang tak pernah redup
Menuju malam yang temaram
Biarkan semua hilang ditelan waktu
Hingga lebur jadi debu
Karena yang ku tahu rindu adalah dendam
Yang tak bisa kuredam
ambonsky
bandung'²⁰²²
Puisi ‘Amaranggana’ menyajikan sebuah panorama emosional yang kuat melalui pilihan kata yang kaya dan ekspresif. Penggunaan metafora dan personifikasi seperti ‘sajak-sajak tak bernyawa’ dan ‘rindu adalah dendam’ membawa pembaca pada kedalaman perasaan penulis, yang berusaha melepaskan diri dari belenggu masa lalu. Keindahan bahasa tercermin dalam penggambaran yang puitis dan imajinatif, meskipun ada beberapa klise seperti ‘sajak pada senja’ yang bisa ditemukan dalam puisi lain. Namun, ide tentang rindu sebagai ‘dendam’ memberikan sudut pandang baru yang menarik, meski tidak sepenuhnya orisinal. Puisi ini memiliki kedalaman makna yang mengajak pembaca merenungkan hubungan antara rasa sakit emosional dan usaha untuk melepaskan diri. Elemen kejutan terletak pada bagaimana penulis mengaitkan rindu dengan dendam, meskipun keseluruhan narasi terasa sedikit dapat diprediksi. Secara keseluruhan, puisi ini adalah karya yang kaya emosi dan berkesan, namun bisa lebih menggugah dengan eksplorasi ide yang lebih segar.