Puisi Jayanto Halim Tjoa Berjudul Alam dan Firasatnya 5 Bait 20 Baris
Alam dan Firasatnya
Firasat mungkin sekiranya adalah sebuah pertanda.
Bagaimana alam mencoba terus untuk berbahasa.
Mengirimkan tandanya lewat sekelebat halimun.
Kemudian larut menjadi tetes-tetes air hujan.
Dan bila sekiranya kita tak lagi mampu memahami,
Pesan apa yang terpahat pada ranting-ranting pepohonan.
Dan bisikan apa yang tercipta dibalik riuh angin yang bertiupan.
Sudakah alam kembali berdusta lewat pertandanya?
Dan pada akhirnya misteri terus menjadi sebuah pengulangan,
Bagaimana kemistisan alam akan terus terjaga dalam sebuah sakralitas arupa.
Terus menjadi tanda tanya besar di antara kehadiran dan kepergian kita.
Namun mampukah kita menjadi pelengkap dalam kepincangan ini?
Wahai, dikau tak ada gunanya lagi berlari dari bersemula.
Alam tak memiliki kuasa akan hidupmu, kausalitaslah yang mengikat kita.
Sudikah bila kita menerima dan melepaskan pesan tersurat itu ke udara.
Menyuratkan ribuan tanda tanya tanpa berharap satu pun terjawab oleh sang Purnama.
Tiada lagi yang kelabu semua telah menjadi sendu.
Dalam rayuan dan dekapan rindu yang terus menderu.
Keabu-abuan telah menjadi menjadi sebuah bentuk realita mendasar.
Dan akhirnya, kembalilah kita pada gambaran pesta penebusan itu.
Puisi “Alam dan Firasatnya” berhasil menyampaikan keindahan interaksi antara manusia dan alam, dengan menggunakan bahasa yang puitis dan kaya akan imaji. Penulis menggambarkan bagaimana alam berkomunikasi melalui fenomena yang tampak sepele, namun sarat makna, seperti halimun dan hujan. Ada nuansa reflektif yang kuat ketika penulis mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan kita dengan alam, serta pertanyaan mendalam tentang eksistensi dan pencarian makna hidup. Namun, ada kalanya, penggunaan frasa yang panjang dan kompleks terasa sedikit membingungkan dan dapat mengurangi dampak emosional puisi ini. Secara keseluruhan, puisi ini merupakan karya yang menggugah dengan kedalaman makna yang mengajak kita untuk berpikir lebih jauh tentang posisi kita dalam siklus alam. Namun, elemen kejutan masih terasa minim, sehingga puisi ini bisa lebih mengesankan dengan penambahan twist yang tak terduga di akhir. Meskipun demikian, keindahan bahasa dan kekuatan emosinya tetap memberikan pengalaman yang menyentuh bagi pembaca.