Puisi Yava Berjudul Yang Datang Tanpa Nama 8 Bait 10 Baris
Y
Yang Datang Tanpa Nama
© Yava
diam
tarik napas (tidak bisa)
tenang (tidak bisa)
hanya dengar-
detak-detak-detak-
bukan jam, bukan jantung
sesuatu di dalam dada memalu kaca
jangan lihat
jangan dengar
jangan...
(jangan pikir-jangan pikir-JANGAN PIKIR!)
ada langkah
di balik mataku
ada bayangan yang minum dari napasku
"aku baik-baik saja,"
kataku pada dinding
dinding menggeleng tidak percaya
dia datang
dia datang
DIA DATANG!
(tapi siapa? siapa yang datang kalau bukan...!?)
AHHH!
(sudah... cukup...)
kepalaku menggeliat,
otakku berbisik lewat saraf yang terbakar:
"tidak... itu bukan aku... kumohon otak... jangan pikirkan itu terus..."
tenang
tenang
tena-
(berisik)
(tutup mulutmu)
(aku tak bisa aku tak bisa aku...)
tuhan...
tolong...
jaga aku... tetap waras








Puisi “Yang Datang Tanpa Nama” berhasil menangkap kekacauan dan ketegangan batin yang dialami seseorang ketika menghadapi sesuatu yang tidak pasti. Dengan penggunaan repetisi dan pemisahan frasa yang cermat, puisi ini menciptakan atmosfer yang mendalam dan menggugah emosi. Kesederhanaan dalam pilihan kata dipadukan dengan pengulangan frasa menciptakan ketegangan yang meningkat, menyiratkan rasa ketidakberdayaan dan ketakutan. Di sisi lain, ada keaslian yang kuat dalam ide ini, yang menggambarkan pergulatan mental yang mungkin dialami banyak orang. Namun, meskipun kekuatan emosinya sangat terasa, ada saat-saat di mana penggunaan bahasa kurang puitis dan lebih dekat dengan prosa, yang sedikit mengurangi keindahan keseluruhan. Kedalaman makna yang terkandung dalam ketidakpastian identitas dan ketidakstabilan mental sangat relevan di era sekarang, namun bisa lebih dieksplorasi untuk memberikan lapisan makna yang lebih dalam. Elemen kejutan dalam puisi ini terutama terasa saat transisi dari ketenangan ke kekacauan, meskipun bisa lebih terwakili dengan penutup yang lebih mengejutkan. Secara keseluruhan, puisi ini adalah sebuah karya yang menggugah dan patut diapresiasi.