Puisi Jayanto Halim Tjoa Berjudul Suatu Hari... 3 Bait 12 Baris
J
Suatu Hari…
© Jayanto Halim Tjoa
Akan tiba suatu hari yang dinantikan;
Ketika petikan dawai tak lagi menawan;
Dan kita bertatapan dalam kebisuan;
Namun mampukah kita pergi tak saling mengucap salam perpisahan?
Akan tiba suatu hari yang dinantikan;
Ketika waktu kembali melamban;
Dan kita berjalan di jalan yang berlawanan;
Namun mampukah kita berbuang tatap saling mengacuhkan kepergian?
Akan tiba suatu hari yang dinantikan;
Ketika kekosongan tersisa menjadi teman;
Dan kita saling berandai di kejauhan;
Namun mampukah kita tak saling merindu dalam keasingan?
Puisi “Suatu Hari…” berhasil mengeksplorasi tema perpisahan dan kerinduan dengan cara yang sangat menyentuh. Penggunaan repetisi dalam bait pertama menciptakan kesan menunggu yang mendalam, menggambarkan harapan dan ketidakpastian dalam hubungan. Struktur yang berulang ini juga memperkuat rasa nostalgia yang dibangun. Meskipun ada keindahan dalam gambaran kebisuan dan kekosongan, puisi ini bisa lebih kuat jika menambahkan elemen kejutan yang lebih mencolok—mungkin dengan metafora yang lebih berani atau imaji yang lebih segar. Di sisi lain, keindahan bahasa yang digunakan sangat memanjakan telinga, dengan pilihan kata yang puitis dan lirik. Namun, kesan keaslian ide terasa sedikit umum dalam konteks sastra, meskipun tetap relevan dan universal. Secara keseluruhan, puisi ini memberikan kedalaman makna yang menyentuh, mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari kepergian dan kerinduan. Secara keseluruhan, saya memberikan penilaian yang cukup baik untuk puisi ini, dengan harapan penulis dapat menggali lebih dalam lagi di karya berikutnya.