Puisi Berjudul Lagu Ombak 1 Bait 27 Baris
Lagu Ombak
Pantai yang perkasa adalah kekasihku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.
Kupergi padanya dengan cepatLalu berpisah dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali.
Aku segera bergerak diam-diamDari balik kebiruan cakerawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah.
Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada.
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cintadi telinganya, dan dia memelukku penuh damba
Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doaSeribu sayang, aku selalu berjaga sendiri
Menyusut kekuatanku.
Tetapi aku pemuja cinta,
Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
Mungkin kelelahan akan menimpaku,
Namun tiada aku bakal binasa.
Puisi “Lagu Ombak” berhasil menangkap esensi cinta yang mendalam dengan metafora yang kaya dan simbolisme yang kuat. Penulis menyajikan hubungan antara manusia dan alam dengan keindahan yang menawan, menggambarkan pantai sebagai kekasih yang penuh kasih. Penggunaan bahasa yang puitis dan deskriptif menciptakan suasana yang intim dan emosional. Namun, meski puisi ini indah, ada beberapa bagian yang terasa repetitif dan bisa ditingkatkan dalam hal variasi. Ide tentang cinta yang terpisah oleh waktu dan ruang adalah tema yang universal, namun penyampaian ide tersebut bisa lebih segar dengan eksplorasi yang lebih mendalam. Secara keseluruhan, puisi ini memiliki makna yang menyentuh dan mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan cinta dan alam. Elemen kejutan dalam puisi ini agak minim, sehingga tidak memberikan dampak yang mengejutkan. Namun, daya tarik emosional dan estetika bahasa tetap mengesankan, menjadikan puisi ini layak diapresiasi dengan baik.