Puisi Sanggara Nadja Berjudul Kolong Langit 4 Bait 16 Baris
S
Kolong Langit
© Sanggara Nadja
Di atas langit raja siang bertengger
Di kolong langit ia keluar dari ufuk timur
Menari-nari hingga tenggelam di ufuk barat
Berpendar di lautan menghiasi
Ufuk barat menjadi batas ia menari
Malamnya rembulan mengganti
Apakah rembulan akan menari?
Atau sekedar bersedih hati?
Kita hanya penghuni kolong langit
Hidup karena dua orang bersentuh kulit
Menerima keadilan yang begitu rumit
Yang tak menerima bertengkar sengit
Di kolong langit manusia beraksi
Raja siang dan rembulan bersaksi
Tentang manusia yang menari-nari
Atau manusia yang bersedih hati
Puisi “Kolong Langit” mengajak pembaca merasakan dinamika antara siang dan malam, simbolisasi kehidupan yang mengalir dalam bentuk gerakan menari. Penggunaan metafora ‘raja siang’ dan ‘rembulan’ menciptakan keindahan visual yang kuat, sekaligus menyiratkan dualitas emosi manusia. Penyampaian yang sederhana namun mendalam menggugah rasa kesadaran akan kompleksitas kehidupan; tidak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga kesedihan yang dialami setiap individu. Struktur puisi ini terjaga dengan baik, menciptakan ritme yang harmonis. Namun, meski puisi ini memiliki banyak kekuatan, elemen kejutan terasa kurang eksploratif. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menangkap esensi kehidupan di bawah kolong langit dengan keanggunan bahasa yang menyentuh.