Puisi Shinta mayangsari Berjudul Hati yang tercabik 4 Bait 5 Baris
S
Hati yang tercabik
© Shinta mayangsari
Tersentak,terbangunku dari lelapnya tidurku.
Peluh banjiri tubuh lelah ini, fikiran berkecamuk,desak ingatan akan mimpiku barusan.
Air mata pun tak dapat kubendung hati bagai tercabik cabik,luka begitu dalam,yang sedang kualami terbawa mimpi.
Dua mataku saksikan dirimu hanyut dalam pelukkanya,jiwa meronta tak berdaya,bibir bungkam tak dapat bicara,ingin kuhindari dan berlari tapi dua kaki tak mampu berdiri.
Pasrah pilihan terbaik,ikhlas adalah jawaban.kenyataan yang terbawa mimpi adalah alasan untuk bertahan.meski tertatih,kucoba tuk bangkit dan bangkit.
Puisi “Hati yang tercabik” berhasil menangkap nuansa emosional yang mendalam, menggambarkan perasaan sakit hati dan kerinduan dengan sangat kuat. Penyair menggunakan gambaran visual yang jelas, seperti ‘hati bagai tercabik-cabik’ dan ‘peluh banjiri tubuh lelah ini’, yang memberikan dampak kuat bagi pembaca. Namun, ada beberapa bagian yang terasa sedikit repetitif dan bisa dipadatkan untuk meningkatkan keindahan bahasa. Ide yang diangkat mengenai pertarungan batin dan penerimaan atas kenyataan merupakan tema universal yang tetap relevan, meski sedikit terkesan klise. Kedalaman makna puisi ini cukup baik, dengan perjalanan dari rasa sakit menuju penerimaan yang terasa tulus. Namun, elemen kejutan dalam penyampaian masih bisa ditingkatkan, karena prediksibilitas tema membuat pembaca dapat menebak arah cerita dengan mudah. Secara keseluruhan, puisi ini memiliki banyak potensi, dan dengan beberapa penyempurnaan, dapat menjadi karya yang lebih kuat dan berkesan.