Puisi SK. Superman, Jakarta, 27 09 2019 Berjudul GUMAM 4 Bait 18 Baris
2
GUMAM
© 27 09 2019
Ku rangkai kata dalam sebuah puisi lara,
Ku kemas duka dalam bejana siksa
ku jadikan sketsa hayal ku
untuk ku nikmati saat kelam ku menghampiri
torehan luka demi luka
silih berganti merongrong raga
ingin rasa menjerit membelah langit
namun apa daya, berbisik pun aku tak bergemit
kini...
aku termenung melukis dalam renungan
berkanfas hayal, berpenakan angan
tergambar dengan nyata kisah kisah lara
melintas tanpa batas watu
haruskan ku bertahan dalam dera ini
ataukah harus ku berlari menghindari
atau pasrah dalam kebekuan diri
hingga waktu nanti kan menjelma secerah mentari pagi
bilakah.............
Puisi berjudul “GUMAM” ini memancarkan kedalaman emosi yang sangat kuat, dengan penggunaan bahasa yang puitis dan menyentuh. Penyair berhasil merangkum rasa lara dan kerentanan dalam setiap bait yang dituliskan, menciptakan suasana yang melankolis namun tetap indah. Penggunaan metafora seperti “bejana siksa” dan “sketsa hayal” memberikan nuansa visual yang kuat, sementara pertanyaan retoris di akhir menciptakan rasa harapan meski diselimuti duka. Karya ini juga menunjukkan keaslian ide melalui penggambaran pengalaman pribadi yang universal, yaitu perjuangan dengan rasa sakit dan pencarian makna dalam kesedihan. Namun, meskipun puisi ini sangat kuat dalam emosinya, elemen kejutan terasa kurang, karena tema yang diusung cukup umum dalam sastra. Secara keseluruhan, “GUMAM” adalah karya yang menggugah dan penuh makna, meski ada ruang untuk eksplorasi ide-ide yang lebih inovatif.