Puisi Kusna Desita Berjudul Diam 1 Bait 23 Baris
Direct Rates
5
Keaslian Ide
3
Elemen Kejutan
3
Kekuatan Emosi
4
Kedalaman Makna
4
Keindahan Bahasa
4
Score
3.8
2 Voters
K
Diam
© Kusna Desita
Kemarin kita berjumpa
Tetapi sama-sama tak bersua..
Kemarin kita tersenyum bersama
Tetapi hal itu tak lama..
Kemarin kita juga bertatapan
Tetapi sama-sama memalingkan..
Kemarin kita duduk bersama
Tetapi terhalang jarak yang berirama..
Kau lihat? Mentari itu..
Dia menertawakan kita
Dan kau dengar? Burung-burung itu..
Mereka membicarakan kita
Kau tahu kenapa??
Mentari telah menghangatkankan suasana
Tetapi kau, membekukannya
Burung-burung telah memeriahkan suasana
Tetapi kau, kembali mengheningkannya..
Bukan aku yang salah..
Tetapi keangkuhanmu kepada dunia..
Yang tak mau mengakui kiranya
Ada sesuatu di antara kita
Lalu kita berdua sama–sama terluka…
To: Rembulan Teristimewa
Puisi “Diam” ini berhasil menangkap nuansa kesedihan dan kerinduan yang mendalam melalui permainan kata yang sederhana namun efektif. Penulis dengan cerdas menggambarkan pertemuan yang penuh keheningan, menciptakan kontras antara harapan dan kenyataan yang pahit. Penggunaan elemen alam, seperti mentari dan burung-burung, memperkaya gambaran emosional yang disampaikan. Meski tema cinta yang terpendam adalah tema yang umum, cara penyampaian penulis memberikan sentuhan keaslian tersendiri, membuat pembaca merasakan ketegangan dalam interaksi yang terhalang oleh ego dan keangkuhan. Namun, ada beberapa bagian yang terasa repetitif, yang meskipun menekankan pesan, bisa juga mengurangi daya tarik. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyentuh hati dan memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung tentang hubungan dan kesunyian yang sering kali menyertai cinta yang terpendam.